Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 11 Sep 2023 16:51 WIB ·

Mendidik Buah Hati Menjadi Hafidz Cilik


 Mendidik Buah Hati Menjadi Hafidz Cilik Perbesar

Oleh : Ariena Mufrihah*

Rasulullah dalam haditsnya menuturkan bahwa setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu, punya kewajiban untuk belajar. Setiap anak yang lahir, tergantung bagaimana pendidikan orang tua, apakah dia beraqidah Yahudi maupun Nashrani.

Menjadi penghafal Al-Quran (hafizh) merupakan kebanggaan setiap insan beriman. Betapa tidak, Al-Quran adalah kitab mulia yang diturunkan kepada seorang yang mulia, melalui perantaraan malaikat yang mulia.

Para pecinta, penghafal dan pengamal Al-Quran merupakan keluarga Allah (ahlullah) dari kalangan manusia, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sebuah kedudukan yang teramat mulia bagi para ahlul Qur’an. Apalagi ketika kita sebagai orang tua mampu mengarahkan putra-putri kita untuk menjadi seorang hafizh cilik.

Menjadi para penghafal Al-Quran saat usia masih dini. Sebuah karunia besar bagi para orang tua dan seluruh umat Islam pada umumnya.

Memiliki buah hati sebagai hafidz maupun hafidzah merupakan kebanggaan tersendiri bagi setiap orang tua. Dalam hadits disebutkan bahwa seorang anak yang hafal al-Qur’an akan memakotai ibunya.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa setiap orang tua dianjurkan mendidik anaknya dengan tiga hal, cinta nabi, cinta keluarga nabi dan mencintai al-Qur’an. sebab, kelak di hari kiamat al-Qur’an menjadi syafaat bagi ahlinya atau pembacanya (Hlm.33).

Selain jaminan syurga, Allah juga menjamin kehidupan para penghafal al-Qur’an. Dalam kata lain, selain derajatnya diangkat di akhirat, derajat social di dunia juga diangkat oleh Allah.

Memiliki anak yang hafal al-Qur’an pada usia belia merupakan kebahagiaan dan kebanggaan bagi para orang tua dan gurunya. Setiap huruf yang dibacanya menjadi pahala yang terus mengalir.

Namun, tidak semua orang tua dan guru bisa mengerti dan memahami bagaimana mendidik buah hati untuk menjadi hafidz cilik. Ini berakibat pada program yang terbengkalai.

Buku mejadi hafidz cilik yang ditulis oleh Saied al-Makhtum memberi solusi bagi para orang tua maupun guru yang ingin memiliki buah hati maupun murid sebagai hafidz/ah sejak cilik.

Buku ini tidak hanya berisi tentang pendidikan, tetapi juga bagaimana menumbuhkan rasa cinta terhadap al-qur’an. sebab dengan mencintai, buah hati akan lebih ceat dalam proses penghafalannya.

Ada pepatah ,” didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu. Pepatah ini tepat sekali, sebab, di era digital, proses mendidik buah hati untuk menghafal al-Qur’an semakin mudah.

Sebagai orang tua, mampu mengatur segala macam digtal agar buah hati memapu membagi waktu menghafal, bermain dan berinteraksi dengan eletronik. Media eletronik dengan beragam vasilitasnya selain mempermudah proses hafalan, tentu juga datang dengan beragam godaan.

Oleh sebab itu, orang tua harus pintar membagi waktu agar buah hati bisa membagi waktu antara belajar dan bermain.

Selain program dan pendidikan yang matang, kita selaku orang tua menceritakan cerita inspiratif terutama tokoh-tokoh yang menjadi hafiz sejak kecil. Artinya, orang tua memberikan motivasi dengan menceeritakan ulama besar yang berhasil menghafal al-Qur’an di usia belia.

Misal, kisah imam Syafi’i yang hafal diusia empat tahun, atau imam nawawi yang hafal al-Qur’an di usia 9 tahun dan beberapa tokoh lainnya.

Ada pepatah, belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagaikan melukis di atas air. Pun demikian dalam ranah hafalan al-Qur’an, anak yang hafal sejak usia dini, akan lebih kuat hafalannya ketimbang yang sudah dewasa.

Ini cukup masuk akal, sebai anak kecil bagaikan kain putih yang siap dibatik sedemikian rupa. Tergantung bagaimana pembatik/pendidik melukis atau mewarnainya.

Selain asupan rohani, buah hati juga membutuhkan nutrisi jasmani. mereka disuguhkan dengan hidangan yang mengandung banyak nutrisi, mulai dari madu, kismis, kurma, susu hingga ikan segar. Sebab, menghafal yang tidakdiimbangi dengan gizi yang baik, bisa berpengaruh pada kerja otak. (122)

Buku ini menjelaskan beragam metode yang bisa ditempuh para orang tua untuk mendidik buah hati jadi hafizh cilik, tak terkecuali penjelasan tentang metode berbasis aplikasi aplikasi program hafalan Al-Quran untuk anak usia 3 tahun.

Bagaimana menanamkan rasa cinta Al-Quran pada diri anak, dan bagaimana metode menyenangkan yang tidak membosankan, sekaligus lebih efektif untuk membimbing anak-anak kita agar menjadi hafizh Al-Quran. Semuanya dibahas di dalam buku ini. Selamat membaca!

Identitas Buku

Buku : Jadi Hafiz sebelum Balig
Penulis : Saied al-Makhtum
Penerbit : Zaduna
Terbitan : Juni, 2022
ISBN : 978-623-92086-7-7
Peresensi : Ariena Mufrihah*

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Strategi dan Cara Menemukan Perubahan Positif dalam Diri

11 November 2024 - 14:23 WIB

5 Tokoh Pemuda dalam Sejarah Sumpah Pemuda Indonesia

28 Oktober 2024 - 11:35 WIB

Sejarah Sumpah Pemuda dan Refleksinya

28 Oktober 2024 - 11:24 WIB

Hubungan Santri dan Kiai dalam Politik

28 Oktober 2024 - 06:07 WIB

Trending di Suara Santri