Oleh : Moh. Faiq
Catatan ini ditulis dalam perjalanan dari Surabaya ke Sumenep Madura, di dalam bis masih teringat jelas senyum sapa manis dan keramahan setiap peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai yang diselenggarakan pada tanggal 26-29 Desember 2022. Sebagai salah satu perwakilan dari Duta Damai Santri Jawa Timur tentunya merasa senang dan bahagia sekali, sebab telah dapat diberikan kesempatan untuk melihat jauh keberagaman.
Duta Damai Santri memberangkatkan lima orang perwakilan anggotanya yakni dari Pondok Pesantren Lirboyo, Tebuireng Jombang, Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Bahrul Ulum Jombang dan Annuqayah dari Sumenep Madura. Kami berangkat dengan penuh gemberi bertemu di Bandara, sesampainya di Jakarta langsung berkenalan dengan peserta lainnya.
Terdapat sebanyak delapan belas provinsi dari Duta Damai yang hadir pada Rakornas kali ini. Namun dalam pelaksanaan Rakornas ini terdapat suatu bencana yang menimpa, yakni mengalami kebakaran di hotel tempat kami menginap. Asap telah menutup pandangan, pemadam kebakaran tidak kunjung datang, seketika suasana menjadi mencekam menimbulkan kepanikan. Sebab, terdapat beberapa peserta yang masih terperangkap dalam kamar tidak bisa keluar. Teman-teman peserta saling tolong menolong, menerobos tebalnya asap membangunkan dan menjemput peserta yang dikabarkan pingsan terkapar di dalam kamar.
Semua sama-sama saling menyelamatkan tanpa melihat adanya perbedaan. Berpegang teguh pada prinsip dan nilai-nilai kemanusiaan, bahwa sekalipun tidak sesaudara dalam keimanan namun kita bersaudara dalam kemanusiaan. Kiai Abdurrahman Wahid pun menegaskan, jika engkau berbuat baik kepada seseorang, orang itu tidak akan pernah bertanya apa agamamu. Kejadian yang dapat dijadikan pembelajaran, bahwa kita semua sama tak ada yang beda. Apalagi al-Qur’an menerangkan, pada hakekatnya manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT. Tidak ada yang membedakan keduanya, kecuali amal ibadah serta ketaatan mereka kepada-Nya.
Baiklah kita lupakan kejadian yang mencemaskan, mulai kembali saya ceritakan kegiatan keesokkan harinya yakni Talk Show yang dihadiri langsung oleh Kiai Said Aqil Siradj, mantan ketua umum PBNU. Dalam kegiatan ini, para peserta perwakilan dari setiap provinsi memakai baju adatnya, terlihatlah wajah Indonesia yang kaya akan suku, bahasa dan budaya. Inilah Indonesia dengan keragamannya, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Pada kesempatan ini dalam melihat beberapa kejadian aksi kekerasan dan kejahatan, Kiai Said Aqil Siradj mengatakan bahwa tidak ada satu agama manapun yang mentolerir adanya kejahatan. Sehingga menjadi kewajiban untuk kita semua, senantiasa berbuat kebaikan, karena perintah agama demikian.
Terdapat banyak hal yang dapat dijadikan pembelajaran, mulai dari cara pandang yang semula menitik beratkan pada persoalan keagamaan tentang baik dan benar. Hingga dapat dilunturkan bahwa semua agama adalah benar menurut keyakinannya masing-masing. Bapak Brigjen Pol. R Akhmad Nur Wakhid, selaku Direktur Pencegahan BNPT RI mengutip salah satu pernyataan tokoh sufi bahwa, agama ibarat kaca dilemparkan ke muka bumi kemudian menjadi kepingan, lalu setiap agama mendapat kepingan-kepingan dari pecahan tersebut. Pada dasarnya, setiap agama memiliki jalan kebenaran masing-masing dalam mencapai puncak mendapat keridhaan Tuhan-Nya.
Pelajaran hidup yang sangat berarti dan BNPT melalui Duta Damai telah mengajarkan pada kita semua, menggeser arogansi perbedaan untuk kemanusiaan. Meluruhkan segala bentuk prasangka-prasangka yang dapat menimbulkan perpecahan. Guyub rukun di tengah perbedaan. Ke depan tetaplah rawat dan saling menguatkan, karena kita sahabat tidak dapat dipisahkan. Harmoni dalam keberagaman, hidup untuk berbuat kemaslahatan. Inilah salah satu perjalanan spritualitas dalam mengamalkan nilai-nilai agama tentang keyakinan, keimanan, dan berbuat baik kepada setiap manusia.
*Duta Damai Santri Jawa Timur