Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz*
Hari Santri Nasional sudah ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2015. Apa yang diperingati dari hari santri? Resolusi Jihad. Apa itu resolusi jihad? Yaitu perjuangan panjang para masyayikh terutama Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Beliau sejak tahun 1899 dimana Pondok Pesantren Tebuireng berdiri. Beliau sudah berniat dan berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Maka kemudian beliau memilih di lokasi yang sekarang ini. Beliau mendirikan pondok di tempat yang banyak terjadi kemaksiatan.
Perjalanan panjang dari tahun 1899 sampai kemudian Indonesia merdeka pada tahun 1945. Setelah kemerdekaan dna pada tahun yang sama, pasukan Inggris dan Belanda mau masuk ke Indonesia lagi dan mau menjajah lagi. Kemudian Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya kemudian mencegah jangan sampai Belanda masuk lagi untu menjajah kembali Indonesia.
Sejak diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pad 17 Agustus 19545 banyak pasukan belanda yang masuk Indonesia. Tanggal 17 September sudah semakin banyak pasukan Belanda masuk ke Indonesia. Kemudian Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari di Tebuireng berfatwa “umat Islam itu dalam jarak 94 km dari tempatnya musuh masuk itu mendapatkan kewajiban untuk membela atau mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan bersifat fardlu ain”.
Di bulan Oktober pada tanggal 21-22, PBNU mengadakan rapat di Surabaya dulu Penguruss Besar NU kantornya di Surabaya dan memutuskan untuk mengingatkan kepada pemerintah bahwa sudah banyak pasukan Inggris dan Belanda. Awal Bulan Oktober mereka masuk ke Jakarta, kemudian ke Semarang, dan akan ke Surabaya pada tanggal 25 Oktober.
Kemudian pada tanggal 21-22 Oktober itulah PBNU mengeluarkan resolusi jihad untuk mengingatkan kepada pemerintah Indonesia yang baru berusia satu bulan setengah ini harus mengambil sikap untuk mencegah masuknya pasukan Inggris dan pasukan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Itu resolusi jihad, yang pertama tadi 17 september, itu fatwa jihad.
Pada tanggal 25 Oktober, Pasukan Inggris dan Belanda masuk Indonesia. Tanggal 27-30 Oktober, perang antara Indonesia dan Belanda terjadi. Bangsa Indonesia di Surabaya diwakili oleh ulama dan masyarakat dari pondok pesantren. Tanggal 30 Oktober, Jendral Mallabi dari Inggris meninggal.
Hal itulah yang membuat Inggris marah dan memberikan ultimatum bahwa pembunuh jendral harus diserahkan kepada Inggris dan seluruh senjata harus diserahkan kepada Inggris.
Kata Inggris “Saya tunggu dalam waktu satu minggu harus sudah diserahkan. Para masyayikh, ulama, yang dipimpin Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari mengundang Kiai Abbas dari Buntet Cirebon.
Kata Kiai Abbas “Nanti saja tunggu 10 hari, nanti tanggal 10 November saya akan hadir ke Tebuireng akan sampai ke Surabaya. Jadi ultimatumnya sampai 10 November. Mulai tanggal 7-9 November masyarakat di Jawa Timur mulai Jombang dan Surabaya dan sekitarnya akhirnya malah menantang bahwa tidak boleh ada penjajahan di Indonesia “Kalau Inggris akan menyerang Surabaya silahkan kita akan lawan”.
Seluruh pasukan tersebut berasal dari pondok pesantren semua karena pada waktu tersebut TNI belum terbentuk. Sampai tanggal 9 November semua orang menunggu dengan cemas.
Menunggu fatwa dari Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari masih ada Kongres Masyumi di Yogyakarta. Jam 3 sore beliau sampai di Jombang dan mengeluarkan fatwa bahwa “Semua umat islam dalam berjarak 94 km dari Surabaya wajib untuk mempertahankan kemerdekaan indonesia”.
Berarti yang tadinya tanggal 17 September masuknya musuh kemudian tanggal 9 November langsung 94 km dari Surabaya. Seluruh pondok pesantren mengirim pasukan ke Surabaya sama-sama untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia setelah fatwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari pada tanggal 9 November pukul 15.00.
Untuk itu, pada tanggal 10 November mulai pukul 6 pagi, pasukan Inggris dan Belanda mulai menyerbu Surabaya dan berkata bahwa Surabaya dalam waktu 3 hari akan rata dengan tanah.
Hal tersebut disambut oleh pekik merdeka dari pejuang Hizbullah dan Sabilillah di bawah komando Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Sejak tanggal 10 November peperangan banyak korban berjatuhan baik dari pihak Belanda dan masyarakat Indonesia.
Peperangan berlanjut sampai dua tahun dan akhirnya alhamdulillah Indonesia merdeka. Kita yang menikmati sekarang.
Itu perjuangan para masyayikh dan alim ulama yang dipimpin oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Itulah yang diwariskan kepada kita. Apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk menerima warisan.
Di samping ilmu yang ditinggal oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, ada satu pergerakan, ada satu perjuangan yang bisa kita nikmati saat sekarang ini.
Kemarin ada Habib Umar dari Yaman menceritakan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Kemudian dibawa cerita itu ke Yaman dan sudah sampai internasional cerita ini. Tapi jangan hanya tepuk tangan, tepuk tangan itu ada tanggung jawabnya.
Ini anak muda penerus generasi ini. Anak muda inilah nanti kalian semua ini sudah dicanangkan Indonesia emas tahun 2045 tinggal 23 tahun lagi pada saat itu kalian lah yang harus berperan untuk Indonesia ini.
Satu keilmuan harus diperkuat. Internalisasi keilmuan-keilmuan yang ditinggalkan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari kemudian kita menjaga dan merawat warisan beliau di mana beliau juga kemudia apa yang dilakukan semua berdasarkan hukum syariah yang ada di Al Quran dan Hadis.
Maka kemudian kita juga sama, kita tetap menjaga supaya apa yang kita lakukan itu dasarnya ada di al quran dan hadis sehingga kita mendapat ridlo dari Allah.
Kemudian malam ini bersama kh abdul hadi kita berdzikir dan bersholawat supaya kita tersambung keada Rasulullah Muhammad mudah mudahan dengan itu kita mendapat syafaat dan kita kumpu di akhirat bersama beliau Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari para masyayikh.
Kita berkumpul lagi dan bikin acara shalawatan lagi, kita bergembira di sana. Demikian dari saya. Allahulmuwaffiq ila aqwamithariq.
*Pengasuh Pesantren Tebuireng.
**Pidato ini disampaikan dalam acara Tebuireng Bersholawat dalam rangkaian acara Peringatan Resolusi Jihad dan Hari Santri Nasional di halaman Pondok Putri Pesantren Tebuireng, 19 Oktober 2023.