Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Damai Pedia · 28 Jul 2024 11:37 WIB ·

Ketum KPTIK: Waspada Kelompok Teroris Bisa Memanfaatkan AI


 Ketum KPTIK: Waspada Kelompok Teroris Bisa Memanfaatkan AI Perbesar

Santrikeren.id– Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi Komunikasi (KPTIK) Dedi Yudianto mengingatkan tentang potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) dalam tindak pidana terorisme.

Dedi menjelaskan bahwa meskipun AI dapat mempermudah pekerjaan, teknologi ini rentan disalahgunakan untuk penyebaran disinformasi jika tidak diatur dengan baik.

“Selain untuk tujuan positif, kelompok teroris juga bisa memanfaatkan AI untuk agenda mereka,” kata Dedi dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Minggu (28/7/2024).

Oleh karena itu, Dedi menekankan pentingnya pengembangan teknologi untuk mengidentifikasi aktivitas terorisme yang memanfaatkan AI, serta pengawasan serius dari pemerintah. Ia juga menyoroti perlunya kolaborasi internasional dalam pertukaran informasi dan strategi, serta penguatan regulasi untuk mengawasi penggunaan AI.

Dedi menambahkan, pengawasan aktivitas daring untuk mendeteksi perilaku mencurigakan serta pelatihan sumber daya manusia di bidang penegakan hukum sangat diperlukan untuk menghadapi ancaman penyalahgunaan AI. “Semua ini harus mulai diajarkan kepada masyarakat Indonesia, bahkan sejak sekolah formal,” ujarnya.

Mengenai keterlibatan AI dalam tindak kejahatan terorisme, Dedi mengemukakan bahwa hingga saat ini belum ada indikasi yang mengarah ke sana. Namun, potensi penyalahgunaan AI tetap ada karena teknologi ini mudah diakses oleh berbagai kalangan.

Ia berharap pemerintah dan lembaga keamanan internasional melakukan penelitian terkait potensi risiko ancaman teror melalui pemanfaatan AI. Dedi menjelaskan bahwa AI memiliki banyak aplikasi, seperti Chatbot dan Deepfake, yang dapat disalahgunakan untuk membuat narasi atau propaganda menyesatkan.

Menurutnya, penggunaan Deepfake yang dapat membuat video palsu sulit dibedakan dari yang asli dapat memperburuk masalah disinformasi dan propaganda. Hal ini menjadi kekhawatiran jika masyarakat belum bisa menyikapi informasi dengan bijak dan hanya percaya pada satu sumber.

Teknologi Chatbot juga bisa digunakan untuk menyebarkan pesan otomatis yang merugikan, seperti disinformasi massal melalui Chatbot yang berisi kampanye hitam untuk menjatuhkan citra pihak tertentu.

Dengan demikian, Dedi berharap pemerintah melalui lembaga terkait aktif mengawasi dan mengantisipasi potensi penyalahgunaan teknologi ini. “Apalagi, membedakan antara konten yang dibuat oleh AI dan yang tidak menggunakan AI relatif sulit. Beberapa petunjuk untuk membedakannya termasuk melihat kualitas visual yang sangat baik dan kejanggalan dalam konteks atau logika yang disampaikan,” ujar Dedi.

“Verifikasi sumber dan penggunaan alat deteksi lainnya bisa memberikan petunjuk tambahan, meskipun belum ada metode definitif untuk membedakannya seiring perkembangan teknologi,” tambahnya.

 

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Duta Damai Santri Jawa Timur Ajak Mahasiswa Unija Sumenep Tolak Paham Radikalisme Terorisme

2 Oktober 2024 - 18:20 WIB

Usai Serah Terima Jabatan, Kepala BNPT RI Komitmen Optimalkan Pencegahan

18 September 2024 - 21:15 WIB

Sejarah UU Pesantren yang Perlu Diketahui Santri

15 September 2024 - 23:05 WIB

Lagi, Ponpes Annuqayah Lubangsa Putri Torehkan Juara Umum Sukarabic Fest VII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

15 September 2024 - 21:39 WIB

BNPT RI Bentuk Duta Damai Bali, Deputi I: Generasi Muda Benteng Perdamaian di Pulau Dewata

13 September 2024 - 10:04 WIB

Simak Cara Buat Pembalut Kain Ramah Lingkungan ala KKN Universitas Annuqayah

8 September 2024 - 21:07 WIB

Trending di Damai Pedia