Santrikeren.id– Ketua DPR RI, Puan Maharani, memberikan apresiasi kepada Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri atas penangkapan tiga terduga teroris di Kota Batu, Jawa Timur. Puan menyoroti bahwa salah satu terduga pelaku masih berstatus pelajar.
“Saya apresiasi kinerja Densus 88 yang berhasil menangkap teroris di Batu, Jawa Timur. Apalagi salah satu pelaku yang diamankan masih berstatus pelajar. Ini sekaligus sebagai upaya menyelamatkan masa depan generasi muda,” ujar Puan dalam keterangan tertulis di Jakarta baru-baru ini.
Puan, legislator dari Dapil Jawa Tengah V, menekankan bahwa keterlibatan anak muda dalam aksi terorisme merupakan fenomena memprihatinkan yang perlu mendapat perhatian serius. Menurutnya, anak muda sering menjadi sasaran cuci otak karena sedang dalam masa pencarian jati diri dan ingin merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar.
“Kita harus jaga anak muda Indonesia agar tidak mengikuti pemahaman yang salah. Karena anak muda menjadi sasaran empuk untuk dipengaruhi karena mereka sedang berada dalam masa pencarian jati diri,” jelas cucu Bung Karno itu.
Densus 88 menangkap tiga orang terduga teroris, salah satunya HOK yang masih berusia 19 tahun. HOK disinyalir merupakan simpatisan kelompok teroris Daulah Islamiyah yang berafiliasi dengan ISIS. HOK berencana melakukan aksi bom bunuh diri yang menargetkan tempat ibadah. Ketiga terduga teroris tersebut diketahui berasal dari Jakarta.
Melihat hal ini, Puan merasa prihatin dan meminta pendekatan komprehensif dari pemerintah dan stakeholder terkait untuk mengantisipasi pelibatan generasi muda dalam kelompok teroris. DPR RI akan mendukung upaya ini melalui program legislasi, pengawasan, dan fungsi dewan lainnya.
“Ini menjadi tugas kita bersama. Termasuk kerja sama dari berbagai elemen masyarakat, lingkungan pendidikan dan agama, serta lingkungan keluarga untuk menjaga anak-anak kita agar tidak terpengaruh dengan hal-hal negatif seperti ini,” papar mantan Menko PMK tersebut.
Puan juga menegaskan pentingnya sosialisasi dan edukasi bagi anak-anak dan orang tua untuk menghindari jerat kelompok teroris. Peran orang tua sangat penting dalam fungsi pengawasan agar anak-anak Indonesia terselamatkan dari aksi-aksi ekstrem.
“Orang tua dan keluarga menjadi garda terdepan untuk mengawasi anak-anak calon pemimpin bangsa ini. Arahkan pada aktivitas dan kegiatan positif,” imbau politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini mengatakan bahwa pendidikan, pengawasan, pemberdayaan, dan kerja sama internasional bisa menjadi langkah strategis untuk melindungi generasi muda dari pengaruh ideologi ekstrem, terutama di era digitalisasi saat ini.
“Pemerintah perlu menerapkan program deradikalisasi yang efektif untuk anak muda yang sudah terpapar ideologi ekstrem,” sebut mantan Menko PMK itu.
Program-program tersebut harus mencakup konseling, pelatihan keterampilan, dan reintegrasi sosial. Selain itu, edukasi tentang bahaya ideologi ekstrem juga harus semakin dimasifkan.
“Kita harus pastikan anak-anak kita, para generasi muda hidup di lingkungan sehat yang tidak membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Diperlukan gotong-royong dan kerja bersama demi masa depan anak bangsa,” tutup Puan.