Kepribadian dan Lawatan Terakhir An-Nawawi | Imam an-Nawawi merupakan sosok yang tidak pernah menyia-nyiakan waktu walau sedikit. Seluruh usianya dikerahkan untuk selalu menyibukkan diri dengan ibadah seperti; sholat, puasa, dzikir, menjalankan perbuatan yang baik dan meninggalkan tingkah laku yang mungkar.
Dalam tindak-tanduk kesehariannya, beliau juga selalu memberikan langkah positif untuk kemanfaatan manusia serupa; mengajar dan mengarang kitab.
Para ulama menilai an-Nawawi sebagai sosok yang zuhud. Menjauhi perkara duniawi dan sangat mementingkan bekal untuk akhirat. Beliau melakukan puasa dahr (berpuasa selama satu tahun tanpa putus), tidak pernah makan dengan dua lauk yang berbeda, juga tidak pernah memakan camilan (semacam makanan ringan) kota Damaskus.
Kezuhudan yang lain dapat digambarkan dengan tidak menerima pemberian dari orang, apalagi mengambil satu dirham yang perolehannya dipetik dengan berbagai cara duniawi. Beliau termasuk orang yang lebih mementingkan orang-orang fakir daripada orang kaya.
Lawatan Terahir Sebelum Wafat
Imam An-Nawawi pernah melawat ke Baitullah al-Haram dan menziarahi makam Nabi Muhammad saw sebanyak dua kali. Tercatat, awal perjalanan Imam An-Nawawi ke kota Mekkah untuk malaksanakan rukun Islam yang kelima, pada tahun 651 Hijriyyah. Seperti yang termuat dalam kitab “Tahdzibul Asmaa’i wa Lughot.”
Dua bulan sebelum kewafatannya, An-Nawawi juga menyempatkan kunjungan ke Baitul Maqdis untuk berziarah ke makam Nabi yang memiliki gelar Al-Khalil Ibrahim ‘alaihis salam. Saat itu Imam An-Nawawi berkata: “Saya sering menemukan kejadian dan melihat berbagai peristiwa yang bisa saya tulis sampai beberapa jilid.”
Karena kecintaan kepada tanah kelahirannya, An-Nawawi melakukan puncak rihlah untuk memilih kembali ke desa Nawa sebelum kewafatannya.
[bersambung..]
Anda bisa membaca kelanjutan kisahnya Alasan An-Nawawi Memilih Membujang
Tonton juga: JIHAD SANTRI MASA KINI | short movie grup taks 1 duta damai santir jawa timur
NB: Biografi ini diambilkan dari muqodimah (pendahuluan) kitab Al-Minhâj Syarah Shahih Muslim bin al-Hajjaj. Penerbit Dâr Ihya at-Turâts al-‘Arabi, Beirut. Cetakan kedua, tahun 1392 H.
Kepribadian dan Lawatan Terakhir An-Nawawi