Oleh: Abdul Warits
Maulid Nabi adalah sebuah perayaan yang dilakukan umat Islam untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Momen istimewa ini bertujuan untuk meneladani kembali kisah hidup dan perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan Islam semasa hidupnya. Peringatan Maulid ini biasanya digelar dengan meriah.
Perayaan Maulid Nabi bisa diisi dengan pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, makan bersama, serta menggelar berbagai perlombaan. Seperti lomba membaca Al-Qur’an, lomba azan, lomba hadrah, dan sebagainya.
Warga Jawa Timur juga biasanya merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan beragam tradisi. Misalnya di Banyuwangi ada tradisi Endog-endogan, masyarakat Mojokerto dengan tradisi Keresen, Madura ada tradisi berebut hidangan yang telah didoakan sebelumnya, dan tradisi lainnya.
Dirangkum dari Detik Jatim, Berikut Tradisi Maulid Nabi di pulau Jawa yang biasa dilaksanakan di masyarakat dengan sangat meriah:
1. Tradisi Keresen di Mojokerto
Setiap tahun, warga Mojokerto memiliki tradisi unik dalam menyambut Maulid Nabi yang dikenal sebagai Keresan. Tradisi ini dipercaya telah berlangsung turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Dalam Keresan, pohon keres dihias dengan berbagai barang, termasuk hasil bumi, pakaian, busana muslim, dan topi. Warga kemudian berlomba-lomba untuk merebut barang-barang yang tergantung di dua pohon keres dan gunungan yang berisi hasil bumi.
Tradisi ini menjadi ungkapan syukur dan suka cita dalam menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pohon keres yang digunakan melambangkan ketenangan, kelimpahan, dan harapan akan rezeki berlimpah, seperti buah keres yang melimpah.
2. Endog-endogan di Banyuwangi
Endog dalam bahasa Jawa artinya telur. Ya, tradisi ini menggunakan telur untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Kabupaten paling ujung timur di Pulau Jawa ini memang memiliki tradisi unik dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Banyuwangi. Dalam tradisi ini, masyarakat menghias telur dengan kembang kertas berbagai motif, dan menancapkannya di pelepah pisang atau disebut jodhang.
Kemudian, telur-telur yang dihias dengan berbagai kreasi tersebut diarak mengelilingi kampung menggunakan kendaraan, sembari diiringi lantunan pujian dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Telur merupakan simbol dari kelahiran, sedangkan bambu berarti tempat yang kering dan bunga memiliki arti kehidupan, yang akan membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman kebahagiaan
3. Rebu’en di Probolinggo
Warga Desa Sologodek, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo kerap menggelar tradisi Rebu’en untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bentuk tradisi ini adalah berebut aneka bahan makanan hingga peralatan salat.
Berbagai makanan dan alat salat itu digantungkan di langit-langit musala atau masjid di sana. Usai bersalawat, warga langsung berebut barang-barang yang bergantungan tersebut.
Konon, tradisi ini sudah dilakukan turun-menurun sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini dilakukan untuk menggambarkan kekompakan umat Islam di Probolinggo.
4. Muludhen di Madura
Tradisi Muludhen digelar masyarakat muslim Madura untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini diisi dengan pembacaan selawat Nabi dan Barzanji (kitab sastra yang berisi sejarah Nabi dimulai dari kelahiran sampai wafatnya) di setiap masjid.
Selain itu, para remaja dan ibu-ibu kerap datang ke masjid atau musala dengan membawa nasi tumpeng di atas talam. Lengkap dengan aneka ragam buah di sekitar nasi itu. Semua sajian itu dibawa untuk didoakan, lantas dimakan bersama.
5. Sebar Udikan di Madiun
Warga Desa Kedondong, Kebonsari, Madiun kerap melakukan tradisi Sebar Udikan saat Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dilakukan dengan melempar uang koin kepada warga secara bergerombol.
Sebar Udikan diyakini sebagai tradisi turun-menurun di desa setempat. Konon, tradisi ini bermula dari niat seorang warga yang ingin beramal kepada warga miskin, namun caranya dengan melemparkan uang koin agar menjadi rebutan.
6. Rebutan Koin di Kediri
Serupa dengan Sebar Udikan, tradisi sebar uang saat Maulid Nabi Muhammad SAW juga ada di Kediri. Tepatnya di Masjid Wakaf Jamsaren, Pesantren, Kota Kediri.
Tradisi ini kerap diikuti ratusan anak, remaja, dan warga di serambi masjid. Seusai salat isya berjemaah, setiap warga yang hadir berkumpul di serambi dan bersiap berebut uang yang disebarkan takmir masjid dan warga yang bersedekah.
Pecahan uang koin yang disebar pun beraneka ragam. Mulai dari Rp 100, Rp 500, Rp 1.000, hingga pecahan Rp 20.000. Tradisi ini bertujuan mengajak anak-anak agar rajin beribadah di masjid dan bersedekah.