Pada dasarnya, faktor dari penyebab orang berlaku radikal dan intoleran sangat banyak, sesuai dengan sosio-historis dari pelakunya. Ada faktor pemikiran dan sosial yang dapat muncul karena terpengaruh dengan kondisi di lingkungannya atau malalui pengetahuan yang ia baca dan ia lihat.
Ada juga faktor ekonomi. Biasanya, kasus ini diproduksi oleh orang-orang diranah kemiskinan yang menghimpit demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengaruh psikologis juga mampu mempengaruhi orang bersikap radikal karena berbagai implikasi masalah yang dideritanya.
Di antara faktor yang menyebabkan orang berperilaku radikal yang kami bahas di sini yaitu kebodohan tentang ilmu agama.
Baca juga: Siapakah Kelompok Aswaja di Masa Kini
Kebodohan Tentang Ilmu Agama
Dari dulu hingga sekarang, penyebab paling utama kasus radikal adalah tidak adanya pengetahuan tentang agama dengan baik. Ini bisa dilihat dari sejarah yang telah kami ulas dalam artikel Awal Munculnya Kelompok Radikal dalam Sejarah Umat Islam
Kita bisa melihat, bagaimana pembunuhan berdarah kepada Ali bin Abi Thalib merupakan gerakan dari kaum radikal yang dimunculkan karena ketidak setujuan dengan Ali bin Abi Thalib dalam keputusan tahkim, serta pemahaman yang salah terhadap tafsir surat Al-Maidah [5]: 44.
وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
“Siapa yang tidak memutuskan (suatu urusan) menurut ketentuan yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.”
Kasus ini, bermula dari kebodohan dalam menafsiri ayat tersebut.
Akar kebodohan menjadikan pendistorsian intisari agama. Agama dipenuhi dengan muatan-muatan pemikiran imajinatif untuk membela dirinya dan juga kelompoknya. Mereka menganggap dapat berijtihad, padahal ia bukan ahlinya. Tidak ada yang pantas dibuat pegangan kecuali Alquran dan hadis, padahal dia tidak mampu mengambil pemahaman dari sana. Orang-orang seperti ini yang menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sebagai pembawa obor mafsadah yang membakar.
مَنْ عَبَّدَ اللهُ عَلَى جَهْلٍ كَانَ مَا أَفْسَدَهُ أَكْثَرَ ِممَّا أَصْلَحَهُ
“Orang yang menyembah Allah dalam kebodohan lebih sering membawa mafsadat daripada membawa kemaslahatan.”[1]
Tonton juga: HUBUNGAN SANTRI DENGAN SUMPAH PEMUDA | Duta damai santi jawa timur
[1] Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani (Beirut, Darul Fikr: 2005), 288.
Kebodohan Tentang Ilmu Agama Menjadikan Orang Berperilaku Radikal
Kebodohan Tentang Ilmu Agama Menjadikan Orang Berperilaku Radikal