Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 29 Feb 2024 13:57 WIB ·

Kebermaknaan Rasa Malu dalam Islam untuk Memperbaiki Etika Moral


 Kebermaknaan Rasa Malu dalam Islam untuk Memperbaiki Etika Moral Perbesar

Oleh: Erik Setiawan 

Fenomena kehilangan rasa malu dalam kehidupan sehari-hari semakin merajalela, menciptakan dampak yang serius pada nilai-nilai moral dan stabilitas sosial. Salah satu contoh yang nyata adalah perilaku kurang ajar dalam dunia digital, di mana orang-orang sering kali mengabaikan etika dalam berkomunikasi, menyebarkan informasi palsu, dan terlibat dalam tindakan cyberbullying.

Hal ini mencerminkan ketidaksadaran akan pentingnya etika dalam hubungan sosial, di mana kepentingan pribadi sering kali diutamakan tanpa mempertimbangkan dampaknya pada orang lain.

Tidak memiliki rasa malu juga tercermin dalam perilaku yang merugikan lingkungan, penyalahgunaan kekuasaan, dan kurangnya tanggung jawab sosial. Masyarakat yang kehilangan rasa malu cenderung terjerumus dalam egoisme dan materialisme, tanpa memedulikan nilai-nilai moral yang mendasari interaksi antar individu.

Dalam Islam, rasa malu dianggap sebagai ciri khas etika yang penting.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ (رواه ابن ماجه)

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki etika, sedangkan akhlak (etika) Islam adalah rasa malu” (HR. Ibnu Majah).

Hadis ini menekankan pentingnya rasa malu dalam menjalankan ajaran agama. Al-Baqi mengatakan dalam kitabnya, “Al-Muntaqa Syarah Muwattha” :
قوله صلى الله عليه وسلم لكل دين خلق يريد سجية شرعت فيه ، وخص أهل ذلك الدين بها وكانت من جملة أعمالهم التي يثابون عليها

bahwa rasa malu yang dimaksud dalam agama Islam adalah rasa malu pada hal yang diharuskan terdapat rasa malu di dalamnya atau pada hal yang disyariatkan.

Namun, penting untuk dipahami bahwa rasa malu dalam Islam tidak boleh menghalangi seseorang untuk memperoleh ilmu agama.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh ibunda Sayyidah Aisyah,
فَقَالَتْ عَائِشَة رضي الله عنها: نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ.

“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar yang rasa malu tidak menghalangi mereka untuk mempelajari masalah agamanya” (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, rasa malu tidak boleh menghambat seseorang dalam mencari ilmu dan memahami ajaran agama dengan baik.

Penting bagi umat Islam untuk merefleksikan kembali nilai-nilai rasa malu dalam kehidupan sehari-hari. Memperbaiki etika moral dan menjunjung tinggi nilai rasa malu adalah kunci untuk memperbaiki dinamika sosial yang terkikis. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang mulia, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan penuh kasih.

Artikel ini telah dibaca 33 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Santri dan Maulid Nabi

16 September 2024 - 11:22 WIB

Mengenal Tradisi Endog Endogan dalam Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

15 September 2024 - 06:11 WIB

Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi, Dirayakan Seorang Sultan

15 September 2024 - 06:07 WIB

Tiga Sikap dan Karakter Kiai Indonesia yang Perlu Diketahui

30 Agustus 2024 - 22:31 WIB

Esensi Makna Kiai

30 Agustus 2024 - 22:20 WIB

Anak Muda dalam Membangun Kehidupan yang Toleran: Studi Kasus di Madura

30 Agustus 2024 - 20:51 WIB

Trending di Suara Santri