Santrikeren.id — Dalam rangka memperingati Resolusi Jihad dan Hari Santri Nasional, Pesantren Tebuireng menggelar seminar nasional mengenang 78 tahun Resolusi Jihad dengan tema “Otoritas Religius KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai Faktor Kunci Suksesi Fatwa dan Resolusi Jihad”.
Acara ini yang berlangsung pada hari Sabtu (21/10/23) di gedung Yusuf Hasyim Tebuireng, yang dihadiri oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz, Dr. H. Abdul Latif, penulis buku “Resolusi Jihad Perjuangan Ulama dan Menegakkan Agama hingga Negara”, Dr. Ach. Muhibbin, penulis buku Pemikiran KH. M Hasyim Asy’ari tentang Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah.
Pada kesempatan itu, Dr. Muhibbin mengungkap bahwa ada sebuah fakta yang jarang diungkap oleh pegiat sejarah mengenai Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari karena minimnya referensi.
“Fakta tersebut adalah tentang keilmuan hadis beliau, memang beliau dikenal sebagai ulama yang alim dan yang paling terkenal sebagai ahli hadis, tetapi fakta ini jarang diketahui orang yaitu KH. Muhammad Hasyim Asy’ari pernah menjadi penasihat lajnah ahli-ahli hadis yang di Indonesia pada rentang waktu 1938-1940,” ungkapnya di hadapan ratusan santri Tebuireng.
Anggota yang ikut dalam lajnah tersebut diantaranya adalah KH. Ali Ma’sum (Yogyakarta) sebagai ketua, KH. Imam Ghazali (Surakarta) sebagai wakil ketua, KH. Munawar Kholil (Semarang) sebagai sekretaris dan Ahmad Hassan (Bangil) sebagai anggota.
Adapun alasan Hadratussyaikh menjadi penasihat lajnah ahli-ahli hadis ialah untuk meresolusi potensi perpecahan umat akibat semakin meruncingnya perbedaan perbedaan pandangan keagamaan antara sayap pesantren dan kelompok puritan.
Menurut Dr. Muhibbin, referensi dari fakta ini sangat minim beliau hanya menemukan di Hery Mohammad, tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 125, Moenawar Khalil, “Riwayat Hidup Pengarang”, pada Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jilid 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 597-598.