Santrikeren.id– Organisasi pergerakan banyak memberikan manfaat bagi para aktivisnya. Pasalnya, mayoritas aktivis organisasi seringkali dapat mengurangi ego dan keakuannya.
Pernyataan itu disampaikan Khofifah Indar Parawansa dihadapan mahasiswa PMII dan lintas organisasi pergerakan saat melakukan potong tumpeng memperingati HUT PMII ke-64, di kediamannya di kawasan Jemursari, Rabu, 17 April 2024.
“Organisasi-organisasi ini adalah wadah yang mengasah lahirnya calon pemimpin. Maka menurut saya penting bagaimana kita bisa membuat gerakan mereka supaya lebih kualitatif dan lebih berdampak pada penguatan leadership,” tegas Gubernur Jatim periode 2019-2024 ini.
Menurutnya, para aktivis organisasi biasanya tidak hanya berpikir untuk kepentingan dirinya sendiri, tapi berpikir tentang kemasalahatan umat dan masyarakat umum, bangsa dan negara. Ketika ada di lingkungan sosial, biasanya dia akan lebih cepat bergerak untuk memberi pertolongan dan ringan tangan untuk bergotong royong.
Sebagai tokoh yang juga lahir dan dibesarkan dari PMII, Khofifah memberikan pesan pada seluruh kader PMII agar bersama-sama membangun dan meningkatkan kualitas pergerakan dengan semangat amar ma’ruf nahi munkar. Dengan harapan PMII juga turut mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“PMII sekarang sudah berusia 64 tahun, dengan usia yang sudah senior namun dengan para motornya yang adalah anak-anak muda, kader PMII harus terus bergerak dalam koridor menjaga harmoni, dengan terus meningkatkan kualitas pergerakan. Dengan nafas pergerakannya adalah amar ma’ruf nahi munkar,” kata Khofifah.Khofifah mendorong agar ke depan kader PMII lebih aktif dalam mengawal kebijakan pemerintah terutama dengan mengedepankan pola dialog dua arah. Agar apa yang menjadi tujuan dan cita-cita pembangunan bisa terwujud sesuai harapan bersama.
“Kita juga ingin agar PMII bersama elemen lain turut ambil peran dalam percepatan menyambut Indonesia Emas. Ini penting untuk mewujudkan cita-cita bangsa dengan anak muda di garda terdepan,” tegasnya.
Di sisi lain, Khofifah yang merupakan Ketua Cabang PMII perempuan pertama di Indonesia ini mengakui bahwa PMII adalah wadah tempat dirinya menggodok kemampuan leadership. Terutama saat ia menjabat sebagai Ketia Cabang PMII Surabaya di tahun 1989, begitu banyak dinamika yang dihadapi.
“Saat itu saya adalah trial pertama ketua cabang perempuan pertama. Yang akhirnya menjadi penyemangat dan pioneer bagi yang lain sehingga mereka yang lain punya punya referensi bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin di PMII,” tegasnya.
Pasalnya Khofifah berhasil menjadi ketua cabang PMII perempuan pertama padahal ia berasal dari kampus Unair yang saat itu bukan dari komisariat dominan. Saat itu, komisariat yang dominan adalah dari kampus UIN Sunan Ampel.
Namun Khofifah berhasil membuktikan kepiawaiannya dalam menggawangi organisasi besar sekelas PMII Surabaya. Bahkan saat itu masa kepimpinannya ditambah satu tahun karena dianggap berhasil dan dipercayai untuk menghandle kegiatan kongres PMII di Surabaya.
“Pada akhirnya kita semua berharap PMII bersama ekstra kampus lainnya ke depan akan mampu menghasilkan seorang pemimpin yang akan membawa kebaikan ke depan. Baik di kancah regional, nasional maupun global,” pungkas Khofifah.
Ketua PMII Jawa Timur Baijuri menegaskan bahwa pihaknya siap untuk melaksanakan apa yang menjadi pesan dari Khofifah terutama bagaimana meniru skill dalam kepemimpinan atau leadership dan juga skill dalam problem solving. Selain itu juga mental dan kematangan pola pikir dari kader-kader PMII.
“Semangat kami adalah bagaimana nanti kader PMII bisa mengisi tampuk-tampuk kepemimpinan nasional agar bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat. Yang mana untuk mencapai tujuan itu yang kita lakukan saat ini adalag memupuk kualitas SDM kita melakui peningkatkan ilmu pengetahuan dan skill kita. Kami optimis ada banyak sektor yang bisa kita tangani. Bahkan tidak hanya di ruang politik, tapi juga di lingkup profesional maupun entrepreneurship,” tegasnya.