Haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-15 di Pesantren Tebuireng menjadi momentum berharga untuk mengenang nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang diwariskan oleh Gus Dur. Rangkaian acara berlangsung dengan meriah, mulai dari Bahtsul Masail, bedah majalah, hingga seni Ishari. Bahtsul Masail yang digelar pada 19-20 Desember 2024 menjadi sorotan utama dengan mengangkat dua tema besar: bullying dan stunting.
Acara yang diikuti oleh 47 delegasi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat ini dihadiri sekitar 90 peserta yang berkomitmen menggali solusi atas dua permasalahan tersebut berdasarkan kitab ulama klasik (turats). KH Achmad Roziqi, Mudir Ma’had Aly Hasyim As’ary, memaparkan bahwa bullying dihukumi haram jika menyebabkan korban merasa tersakiti, baik secara verbal, fisik, maupun sosial. Menormalisasi bullying, misalnya dengan membiarkan perilaku tersebut tanpa tindakan pencegahan, juga dianggap bertentangan dengan prinsip Islam.
Pesantren memiliki kewajiban moral untuk melindungi santri dari perundungan serta memberikan pendidikan yang ramah dan mendukung kesehatan mental mereka. Jika perundungan mengakibatkan kematian, tanggung jawab syariat sepenuhnya berada pada pelaku, sementara pesantren diwajibkan untuk mematuhi hukum positif yang berlaku.
Dalam pembahasan tentang stunting, peserta Bahtsul Masail menyoroti pernikahan dini. Meskipun syariat Islam menganggap pernikahan dini sah, hal ini bukan faktor utama penyebab stunting. Oleh karena itu, calon pasangan suami istri disarankan untuk memperhatikan kesehatan anak, mengikuti program pemerintah, dan mengedepankan maslahat dalam membangun rumah tangga.
KH Musta’in Syafi’i, Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng, menyatakan bahwa hasil Bahtsul Masail ini dapat dijadikan bahan rekomendasi kepada pemerintah untuk kebijakan yang lebih komprehensif. “Tugas pesantren adalah memberikan masukan kepada pemerintah agar peraturan yang dibuat lebih definitif dan maslahat,” ungkapnya.
KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), dalam konferensi pers, menegaskan bahwa rangkaian kegiatan Haul Gus Dur ini bertujuan mengenang kiprah Gus Dur sebagai tokoh pemersatu bangsa. “Pesantren Tebuireng ingin agar masyarakat meneladani Gus Dur dalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan,” ujar beliau.
Haul Gus Dur ke-15 ini mengingatkan bahwa pesantren tidak hanya sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan sosial melalui pendekatan keislaman yang solutif. Gus Kikin berharap agar momentum ini menjadi refleksi bagi pesantren-pesantren lainnya untuk terus berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang lebih harmonis