Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 1 Okt 2024 19:31 WIB ·

Harmoni dalam Keberagaman: Jalan Persatuan Bangsa di Era Bonus Demografi Menuju Indonesia Emas


 Harmoni dalam Keberagaman: Jalan Persatuan Bangsa di Era Bonus Demografi Menuju Indonesia Emas Perbesar

Oleh: Ahmad Fuaidi Akbar

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan keberagaman. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, ribuan pulau ini dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan aneka ragam budaya, bahasa, dan keyakinan yang berbeda-beda. Dalam keberagaman inilah terletak kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Namun, di sisi lain, keberagaman ini juga dapat menjadi sumber perpecahan jika tidak dikelola dengan bijak. Oleh karena itu, harmoni dalam keberagaman menjadi kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terukir dalam lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, menggambarkan falsafah hidup bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi keberagaman dalam ikatan persatuan. Sebagaimana dikutip dari buku “Bhinneka Tunggal Ika: Kaya Filosofi, Kaya Makna” karya Yudha Manggis P. Ngoput, “Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang menyatakan bahwa keragaman adalah anugerah yang memperkaya bangsa Indonesia, dan di dalam keragaman itu terdapat kesatuan yang kokoh membina rasa kebangsaan.”

Sejak dahulu kala, para leluhur bangsa Indonesia telah menyadari pentingnya hidup rukun dalam keberagaman. Dalam buku “Sejarah Nasional Indonesia” diceritakan bahwa kerajaan-kerajaan nusantara di masa lampau, seperti Majapahit dan Sriwijaya, mampu mencapai kejayaan karena menghargai perbedaan dan mempersatukan keberagaman suku bangsa di wilayahnya.

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, harmoni dalam keberagaman ini pernah terguncang oleh konflik-konflik yang dipicu oleh sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Namun, bangsa Indonesia berhasil melewati masa-masa sulit tersebut dan mengukuhkan kembali persatuan dan kesatuannya. Sebagaimana dikutip dari buku “Indonesia dalam Arus Sejarah” karya Sartono Kartodirdjo, “Bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa mereka mampu menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada.”

Harmoni dalam keberagaman menjadi semakin penting untuk dijaga di era bonus demografi yang sedang dialami Indonesia saat ini. Bonus demografi adalah kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Fenomena ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memacu pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, dalam sebuah sambutannya menegaskan, “Keberagaman adalah kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga dan disyukuri. Dengan keberagaman inilah, kita dapat menjadi bangsa yang kuat dan disegani di mata dunia.” (Dikutip dari buku “Harmoni dalam Keberagaman” terbitan Kementerian Dalam Negeri, 2016)

K. Musthofa Bisri (Gus Mus), juga menyampaikan pandangannya tentang harmoni dalam keberagaman. Dalam sebuah ceramahnya, beliau berkata, “Keberagaman adalah sunnatullah yang harus kita syukuri. Allah menciptakan kita berbeda-beda agar kita saling mengenal dan saling melengkapi satu sama lain. Malaikat diciptakan selalu benar, Iblis diciptakan selalu salah, dan Manusia diciptakan, kadang benar, kadang salah, maka tugas kita adalah saling mengingatkan bukan saling menyalahkan” (Dikutip dari buku “Gus Mus: Menjaga Harmoni dalam Keberagaman” terbitan Penerbit Erlangga, 2018)

Namun, di balik peluang tersebut, terdapat tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah potensi konflik yang dapat timbul akibat keberagaman yang ada di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dan beragam latar belakang, sudah menjadi keharusan bagi bangsa Indonesia untuk menjaga harmoni dalam keberagaman agar bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara optimal.

Seperti dikutip dari buku “Bonus Demografi: Peluang atau Tantangan?” karya Nur Hadi Wiyono, “Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi sangat bergantung pada kemampuan bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada.” Apabila harmoni dalam keberagaman terganggu, maka bonus demografi justru dapat menjadi bencana bagi bangsa Indonesia.

Salah satu tantangan utama dalam menjaga harmoni di era bonus demografi adalah penyebaran berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik. Dengan kemajuan teknologi informasi dan media sosial, penyebaran informasi menjadi sangat cepat dan masif. Hal ini berpotensi memicu perpecahan di kalangan masyarakat jika tidak disikapi dengan bijak.

Taufik Ismail, sastrawan dan budayawan Indonesia, juga menyuarakan pentingnya menjaga harmoni dalam keberagaman. Dalam sebuah tulisannya, ia mengatakan, “Keberagaman adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Namun, ia hanya akan menjadi kekayaan jika kita dapat mengelolanya dengan bijak dan penuh kasih sayang.” (Dikutip dari buku “Taufik Ismail: Sajak-sajak Sepanjang Zaman” terbitan Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Di sisi lain, bonus demografi juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan keberagaman sebagai kekuatan. Dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar dan beragam latar belakang, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang kaya akan kreativitas dan inovasi. Hal ini dapat menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia untuk maju dan bersaing di kancah global.

Sebagaimana dikutip dari buku “Bonus Demografi dan Tantangan Indonesia” karya Muljanto Sumardi, “Keberagaman dapat menjadi sumber kekuatan bagi bangsa Indonesia asalkan dikelola dengan baik dan diiringi dengan semangat persatuan yang kokoh.”

Untuk mewujudkan harmoni dalam keberagaman di era bonus demografi menuju Indonesia Emas, diperlukan upaya sadar dari setiap warga negara Indonesia. Pertama, kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada, baik itu perbedaan suku, agama, ras, maupun budaya. Kedua, kita harus menjunjung tinggi semangat persatuan dan kesatuan bangsa, sebagaimana tertuang dalam Sumpah Pemuda 1928. Ketiga, kita harus memperkokoh nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Keempat, Pemerintah harus menegakkan hukum secara adil dan tegas terhadap pelaku penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Kelima, Masyarakat juga harus cerdas dalam menyikapi informasi yang beredar dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah persatuan.

Seperti yang disampaikan oleh Taufik Ismail, keberagaman adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, marilah kita jaga dan syukuri keberagaman yang kita miliki dengan penuh kasih sayang dan semangat persatuan. Hanya dengan cara itulah, kita dapat menjadikan keberagaman sebagai kekuatan bangsa di era bonus demografi menuju Indonesia Emas.

*Sekretaris Duta Damai Santri BNPT RI Regional Jawa Timur, Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur.

Sumber Kutipan:

Kementerian Dalam Negeri, “Harmoni dalam Keberagaman” (Jakarta: Kementerian Dalam Negeri, 2016).

Muljanto Sumardi, “Bonus Demografi dan Tantangan Indonesia” (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2019).

Nur Hadi Wiyono, “Bonus Demografi: Peluang atau Tantangan?” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2020).

Penerbit Erlangga, “Gus Mus: Menjaga Harmoni dalam Keberagaman” (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2018).

Sartono Kartodirdjo, “Indonesia dalam Arus Sejarah” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014).

Taufik Ismail, “Taufik Ismail: Sajak-sajak Sepanjang Zaman” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012).

Tim Penyusun, “Sejarah Nasional Indonesia” (Jakarta: Balai Pustaka, 2008).

Yudha Manggis P. Ngoput, “Bhinneka Tunggal Ika: Kaya Filosofi, Kaya Makna” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018).

Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Politik Damai: Jalan Menuju Kehidupan yang Harmonis

21 November 2024 - 08:56 WIB

Politik dan Kemanusiaan dalam Pilkada Serentak

19 November 2024 - 11:09 WIB

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Trending di Kontra Narasi