Menu

Mode Gelap
Sikap Toleransi Beragama bagi Seorang Muslim Pada Hari Raya Natal Mengenal Mahatma Gandhi, Tokoh Perdamaian idola Gusdur Gus Dur Pemimpin yang Membawa Perubahan di Indonesia Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital

Ruang Tokoh · 26 Des 2024 07:34 WIB ·

GusDur Diadili Para Kiai : Kutipan Buku Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi


 gambar: fahum.umsu Perbesar

gambar: fahum.umsu

Oleh: Mutawakkil

Kisah hidup Gus Dur membawa kita pada kedamaian dan ketenangan hati. Beliau tidak hanya memperjuangkan persatuan, tapi juga membela hak-hak kelompok minoritas dan yang tertindas. Karena itulah, banyak orang mengakui bahwa Gus Dur adalah milik seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya milik NU.

Beberapa pemikiran dan langkah Gus Dur yang dianggap nyeleneh, seperti kehadirannya dalam pembukaan acara “Malam Puisi Yesus Kristus” dan gagasan pribumisasi Islam dengan mengganti salam, justru menuai banyak respon negatif dari akar rumput warga Nahdlatul Ulama, para kiai, bahkan ada yang sampai memurtadkan beliau.

Padahal, banyak gagasan Gus Dur yang berkait-kelindan dengan persoalan keagamaan.

Keresahan warga Nahdlatul Ulama dan para kiai atas langkah dan pemikiran Gus Dur memicu inisiatif untuk mengadakan tradisi tabayun. Pondok Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon menjadi tempat digelarnya forum tersebut.

Sekitar 200 kiai dari Cirebon hadir untuk mengajukan pertanyaan dan kritik kepada Gus Dur, yang bersumber dari khazanah kitab kuning. Tujuannya adalah untuk mendapatkan klarifikasi langsung dari Gus Dur dan menghentikan ghibah atau ungrasani yang terus berlanjut.

KH Husein Muhammad bertindak sebagai ketua panitia, sementara KH Chozin Nasuha menjadi pimpinan sidang. Beberapa pertanyaan diajukan kepada Gus Dur, termasuk mengenai persoalan keagamaan dan posisinya sebagai ketua umum PBNU yang juga menjabat sebagai ketua DKJ.

Pernyataan KH As’ad Syamsul Arifin yang mempertanyakan posisi Gus Dur sebagai “ketua umum PBNU kok jadi ketua ketoprak” menjadi salah satu sorotan dalam sidang tersebut.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan para kiai dan masyarakat Nahdlatul Ulama, Gus Dur tampil santai, bijak, dan penuh humor. Dalam kesempatan yang sangat dinantikan ini, beliau membagi jawaban klarifikasinya menjadi dua kelompok besar: pemikiran dan tindakan.

Berkat respons yang bijaksana tersebut, suasana sidang tetap kondusif dan terhindar dari kegaduhan.

Gus Dur menjelaskan bahwa pemikirannya yang terkesan mentolerir ajaran Mu’tazilah dan Syi’ah, serta gagasan mengganti salam dengan sapaan sehari-hari dan menempatkan rukun tetangga sejajar dengan rukun iman dan Islam, termasuk dalam kelompok pemikiran.

Beliau menjelaskan hal ini dalam rangka menjawab pertanyaan para kiai yang khawatir beliau telah keluar dari jalur Aswaja.

Gus Dur mengelompokkan pemikirannya tentang toleransi terhadap Mu’tazilah dan Syi’ah, serta gagasan mengganti salam dan menempatkan rukun tetangga sejajar dengan rukun iman dan Islam, sebagai bagian dari kelompok pemikiran.

Beliau menegaskan bahwa meskipun ia mengakui imamah sebagai salah satu prinsip Syi’ah, ia tidak membenarkannya.

Gus Dur menjelaskan bahwa Syi’ah, sebagai aliran akidah, bertentangan dengan Sunni, namun sebagai budaya, ia merefleksikan kecintaan terhadap keluarga Nabi, yang juga merupakan nilai penting dalam NU.

Gus Dur menjelaskan bahwa meskipun secara budaya salam “assalamualaikum” dapat diganti dengan sapaan lain, namun terdapat norma-norma yang melekat padanya.

Beliau menegaskan bahwa menjawab salam adalah wajib, dan jawabannya tidak dapat digantikan. Selain itu, salam juga merupakan bagian dari rukun shalat. Kehebohan seputar pernyataan Gus Dur ini sebenarnya disebabkan oleh potongan wawancara yang tidak menyertakan penjelasan lengkap mengenai norma-norma tersebut.

Gus Dur kemudian mengklarifikasi tindakan-tindakannya yang sering menjadi perdebatan di kalangan Nahdlatul Ulama, seperti menjabat sebagai ketua DKJ dan ketua umum PBNU secara bersamaan, serta membuka acara malam puisi Yesus Kristus. Beliau menjelaskan hal ini dalam kelompok tindakan.

Sebelum menjabat sebagai ketua umumPBNU, Gus Dur telah aktif di dunia kesenian sebagai ketua DKJ. Beliau merasa terpanggil untuk membimbing para seniman yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai agama.

Meskipun masa jabatannya di DKJ seharusnya berakhir setelah enam bulan menjabat sebagai ketua umum PBNU, Gus Dur tetap bertahan karena merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap para seniman.

Dengan demikian, Gus Dur tidak hanya menjadi seorang seniman, tetapi juga berperan sebagai pengelola kesenian yang berusaha meluruskan para seniman yang telah menyimpang.

Ketika dihadapkan pada pertanyaan mengenai pembukaan acara malam puisi Yesus Kristus, Gus Dur memberikan penjelasan yang jelas. Beliau menegaskan bahwa acara tersebut bukanlah kegiatan ibadah, melainkan sebuah acara budaya.

Gus Dur juga menjelaskan bahwa nama Yesus Kristus hanyalah sebuah nama yang tidak mengandung unsur akidah tertentu. Nama Yesus berasal dari bahasa Eropa yang akar katanya dapat ditemukan dalam bahasa Suryani, sedangkan Kristus berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘juru selamat’.

Meskipun demikian, Gus Dur tetap berpegang teguh pada akidah Ahlussunnah wal Jamaah.
Para kiai yang hadir dalam sidang tersebut terkesima dengan kecerdasan Gus Dur dalam menjawab berbagai persoalan dengan tenang dan bijaksana.

Kemampuan intelektual Gus Dur yang luar biasa ini menjadi bukti sejarah yang patut diteladani oleh generasi mendatang, terutama saat menghadapi situasi yang sulit.

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Teladan Gus Dur: Pelopor Harmonisasi Agama dan Bangsa Indonesia

6 Januari 2025 - 16:59 WIB

Mencari Tapak Jejak Gus Dur: Meneladani Sang Guru Bangsa

6 Januari 2025 - 13:59 WIB

5 Ulama Bicara Tantangan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia Tahun 2025

6 Januari 2025 - 13:48 WIB

5 Tokoh Bicara Tantangan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia Tahun 2025

6 Januari 2025 - 13:40 WIB

Asal-Usul Kalimah terkenal GusDur : Tuhan Tak Perlu Dibela

27 Desember 2024 - 18:56 WIB

Biografi Imam Ibnu Katsir : Perjalanan Mencari Ilmu

26 Desember 2024 - 07:27 WIB

Trending di Ruang Tokoh