Santrikeren.id- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menggelar Sekolah Damai bertajuk “Menumbuhkan Satuan Pendidikan dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan dan Bullying di Jawa Timur” yang dipusatkan di Aula Sekolah MA Al-Amiriyyah Blokagung, Banyuwangi, Rabu 15 Mei 2024.
Diketahui, kegiatan ini dihadiri oleh ratusan guru di satuan pendidikan masing-masing terdiri dari, 1 Guru PKN, 3 Guru Agama dan 1 Orang Guru BK di sekolah MA/SMA sederajat.
Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, KH. Aly Asyiqin menyambut gembira kegiatan sekolah damai di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung.
“Ahlan wasahlan bihudirikum. Kami berbahagia sekali atas kehadiran bapak dan ibu sekalian pada kegiatan sekolah damai ini dengan harapan BNPT membawa misinya yang nanti menyampaikan materi kepada tenaga guru di Pondok Pesantren Darussalam,” ungkapnya dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi ini sudah menampung puluhan ribu santri yang konsisten dalam menebarkan akhlak dan menata hati para santri. Lebih lanjut, ia mengutip sabda dari Rasulluah SAW dalam wasiatnya agar tidak sering melakukan sikap kemarahan.
“Mudah mudahan terus barokah dan istiqamah. Pendidikan yang diajarkan di pesantren ini baik ilmu agama maupun ilmu umum mengimpikan agar santri syifaul qalbi dan khusnul khuluq. Insyallah misi ini akan tercapai karena hal itu memang tujuan pokok kami di pesantren mengajarkan akhlak yang baik, bersosial dan bermasyarakat yang baik,” katanya.
Sementara itu, Kasubdit Perlindungan WNI dan Kepentingan Nasional, Kolonel Sus Solihuddin Nasution mengatakan dalam sambutannya bahwa BNPT RI sebagai lembaga negara diamanahi untuk melaksanakan dan mengkordinasikan penanggulangan terorisme di Indonesia.
“Makanya kita menggunakan pendekatan pentahelik dengan menggandeng berbagai elemen masyarakat untuk kolaborasi penanggulangan radikalisme yang mengarah ke terorisme. Seperti kerja sama antar lembaga, akademisi dan lainnya,” katanya.
Pihaknya juga memaparkan di tahun 2023 tidak ada penyerangan terorisme. Pencapaian itu dikatakannya berkat kerja tim Densus 88 yang terus memantau perkembangan radikal dan terorisme.
“Namun hasil penelitian, menyatakan indeks potensi radikal di Indonesia meningkat. Awalnya intoleran passif menjadi intoleran aktif. Sasarannya adalah generasi remaja, perempuan dan anak-anak. Remaja sasaran empuk dari doktrinasi paham radikalime,” pungkasnya.