Santrikeren.id-Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Integratif Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) sukses mengadakan kegiatan Optimalisasi Desa Tangguh Bencana (Destana) yang diadakan di Karanganyar Kecamatan Kalianget di balai desa pagi tadi (11/09).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh aparatur desa, karang taruna serta warga desa yang berjumlah 28 orang. Tidak hanya itu, Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hadir mengisi acara tersebut. Tujuan dari acara ini yaitu menindak lanjuti Destana pada tahun 2021.
Ikrom Firdaus, Ketua Posko KKN 52 mengatakan bahwa kegiatan ini direncanakan karena desa karanganyar sering terjadi bencana alam berupa angin puting beliung. Melalui kegiatan ini, warga desa, terutama pengurus Destana bisa memberi jalur evakuasi saat bencana berlangsung.
“Bencana alam yang terjadi di karanganyar itu berupa angin puting beliung, puncaknya pada tahun 2006-2007,” ujarnya.
Senada dengan penuturan Ikrom, Bapak Zamzami Sabiq sebagai DPL menyatakan melalui destana teman-teman KKN diharapkan mampu menjalani kegiatan yang bersinergi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Hasil penemuan mahasiswa KKN ini—lanjut Zamzami—sementara adalah angin puting beliung.
“Kami sempat menanyakan pada kepala desa atas penemuan ini dan memang betul. Desa karanganyar memang rawan bencana,” ucapnya.
Selain itu, Kepala Desa Karanganyar, Bapak H. Suharto Hadi memberikan ucapan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini. H. Suharto menginginkan bagaiaman pemerintah dan warga desa bisa ambil bagian serta membantu dalam mengatasi bencana alam yang melanda desa Karanganyar,
“kami sangat mengharap bantuan dari BPBD Sumenep ke depannya,” singkatnya.
Keinginan dari Kepala Desa Karangnayar tersebut ditanggapi secara positif oleh Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, yakni Bapak Wahyu Kurniawan.
Ia mengungkapkan segala hal yang dibutuhkan oleh masyarakat ketika bencana terjadi, bisa langsung mengubungi BPBD.
“Tetapi, di sini sudah ada Destana. Destana ini bagaimana mampu jadi pionir untuk memberi jalur evakuasi pada warga,” ungkapnya.
Jalur evakuasi yang diterangkan oleh Bapak Wahyu biasanya mengarahkan warga desa untuk segera pindah rumah. Biasanya masyarakat sudah paham dengan tanda-tanda alam sebelum musibah terjadi.
“Seperti segerombolan burung yang tiba-tiba terbang dari gunung. Jadi itu tanda-tanda alam dan kita harus mengetahuinya,” lanjutnya.
Bapak wahyu mengaku membaca tanda-tanda alam seperti itu sangat susah. Oleh sebab itu, memang butuh pelajaran yang begitu mendalam agar evakuasi warga desa saat bencana terjadi bisa teratasi dengan baik, bahkan menimalisir korban jiwa.
“Kita memang perlu belajar untuk membaca tanda-tanda alam. Jadi tidak hanya berdasarkan BMKG, biasanya tokoh masyarakat paham akan hal-hal seperti itu, termasuk di desa karanganyar,” harapnya.
Oleh sebab ittu, Bapak Wahyu mengimbau bagaimana warha desa, terutama pengurus Destana untuk lebih antisipasi dalam menanggulangi bencana alam. Pada musim kemarau seperti ini—lanjut bapak Wahyu—biasanya rawan terjadi kebakaran,, hal ini disebabkan karena panas dan angin yang tidak bisa dikontrol.
“Jadi bencana alam tidak hanya banjir, tsunami, angin puting beliung, kebarakan juga termasuk bencana. Maka kita perlu berhati-hati terhadap itu,” pungkasnya.