Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Tokoh · 29 Sep 2024 20:46 WIB ·

Gagasan Gus Dur dan Relevansinya dengan Pesantren


 Gagasan Gus Dur dan Relevansinya dengan Pesantren Perbesar

Oleh: Abdul Warits

KH. Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran Islam di Indonesia.

Sebagai seorang intelektual, ulama, dan mantan Presiden Indonesia, Gus Dur tidak hanya meninggalkan warisan pemikiran politik, sosial, dan budaya, tetapi juga gagasan mendalam tentang peran pesantren dalam kehidupan bangsa.

Gus Dur yang juga berasal dari lingkungan pesantren memiliki pandangan progresif tentang pesantren sebagai pusat pendidikan, moralitas, dan perubahan sosial.

1. Pesantren sebagai Pusat Pendidikan Islam dan Kebudayaan

Bagi Gus Dur, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat penggemblengan kebudayaan. Pesantren menjadi medium di mana Islam dan kebudayaan lokal Indonesia berinteraksi dan saling menguatkan.

Gus Dur berpendapat bahwa pesantren harus mampu menyerap nilai-nilai lokal tanpa kehilangan identitas keislamannya. Menurut Gus Dur, kekayaan budaya Indonesia adalah aset yang harus dilestarikan oleh pesantren agar Islam di Indonesia tumbuh sesuai dengan konteks masyarakatnya yang plural dan beragam.

Pemikiran ini menantang pandangan konservatif yang cenderung memisahkan antara agama dan kebudayaan. Gus Dur melihat pesantren sebagai tempat yang fleksibel, di mana ajaran Islam dipadukan dengan kearifan lokal, menciptakan versi Islam yang inklusif dan ramah terhadap perbedaan.

Di dalam pesantren, santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga dikenalkan dengan berbagai elemen budaya yang menjadikan mereka pribadi yang terbuka dan toleran.

2. Pesantren sebagai Agen Perubahan Sosial

Gus Dur juga memandang pesantren sebagai agen perubahan sosial di masyarakat. Baginya, pesantren memiliki peran besar dalam membentuk kesadaran sosial santri agar tidak hanya terfokus pada kajian keagamaan, tetapi juga peduli terhadap persoalan-persoalan sosial yang dihadapi masyarakat, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan ketimpangan. Pesantren, menurut Gus Dur, harus berada di garis depan dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia.

Dalam perspektif ini, Gus Dur mendorong pesantren untuk melahirkan santri-santri yang berani terlibat dalam aktivitas sosial dan politik, yang memiliki kepedulian terhadap nasib masyarakat luas, terutama kaum marginal.

Gus Dur sendiri menjadi contoh konkret bagaimana seorang yang berlatar belakang pesantren bisa berperan aktif dalam panggung politik dan sosial dengan membawa nilai-nilai Islam yang humanis dan inklusif.

3. Pluralisme dan Toleransi di Pesantren

Salah satu gagasan terpenting Gus Dur adalah pluralisme, yaitu pengakuan atas keragaman sebagai realitas yang harus dihargai.

Dalam konteks pesantren, Gus Dur selalu menekankan pentingnya toleransi terhadap perbedaan, baik perbedaan dalam agama, mazhab, suku, maupun budaya. Gus Dur percaya bahwa Islam yang diajarkan di pesantren haruslah Islam yang inklusif, yang menghargai kebhinekaan dan menolak fanatisme.

Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, harus menjadi benteng yang menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.

Bagi Gus Dur, pesantren harus mempromosikan nilai-nilai toleransi, karena pesantren memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola pikir dan sikap keagamaan di masyarakat.

Dengan mengajarkan santri untuk menghargai perbedaan, pesantren dapat berperan aktif dalam menjaga kerukunan dan stabilitas sosial di tengah masyarakat yang plural.

4. Pesantren dan Demokrasi

Gus Dur juga memiliki pandangan bahwa pesantren harus mendukung nilai-nilai demokrasi. Sebagai orang yang tumbuh dan belajar di pesantren, Gus Dur melihat bahwa demokrasi sejalan dengan nilai-nilai Islam, terutama dalam hal musyawarah dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.

Gus Dur berpendapat bahwa pesantren perlu mengajarkan demokrasi kepada santri, tidak hanya dalam konteks politik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pengambilan keputusan di lingkungan pesantren itu sendiri.

Melalui pendidikan demokrasi, Gus Dur berharap pesantren dapat melahirkan santri yang kritis, berani menyuarakan pendapat, dan aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang adil dan terbuka. Pesantren harus menjadi ruang di mana gagasan-gagasan baru dan kritis bisa berkembang tanpa takut akan penindasan atau intimidasi.

5. Emansipasi Pesantren dan Peran Perempuan

Gus Dur juga dikenal sebagai salah satu tokoh yang memperjuangkan emansipasi perempuan, termasuk di lingkungan pesantren. Dia berpendapat bahwa perempuan harus diberikan akses yang sama dalam hal pendidikan dan kepemimpinan, termasuk di pesantren.

Gus Dur percaya bahwa perempuan memiliki peran penting dalam membangun bangsa dan agama, sehingga mereka harus diberikan kesempatan yang setara untuk mengembangkan potensi mereka.

Dalam konteks pesantren, Gus Dur mendorong munculnya pesantren-pesantren khusus perempuan atau pesantren yang membuka kesempatan bagi santri perempuan untuk belajar dan berkiprah di ranah publik.

Menurut Gus Dur, pendidikan pesantren harus menciptakan ruang bagi perempuan untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial dan keagamaan tanpa terhambat oleh diskriminasi gender.

6. Reformasi Pesantren

Gus Dur juga berpendapat bahwa pesantren harus terus melakukan reformasi agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Meski pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional, menurut Gus Dur, pesantren tidak boleh tertutup terhadap perubahan dan kemajuan.

Gus Dur mendorong pesantren untuk mengadopsi teknologi, membuka diri terhadap ilmu pengetahuan modern, dan mengintegrasikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Pesantren, menurut Gus Dur, harus menyeimbangkan antara ajaran tradisional dan modern, serta mengajarkan keterampilan praktis yang dapat membantu santri beradaptasi dengan tantangan dunia luar. Dengan begitu, pesantren dapat melahirkan generasi yang tidak hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga mampu bersaing di dunia modern.

Gagasan Gus Dur tentang pesantren mencerminkan visi progresif tentang peran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai pluralisme, toleransi, demokrasi, dan keadilan sosial. Melalui pesantren, Gus Dur melihat peluang besar untuk membentuk generasi muda yang peduli terhadap perubahan sosial dan memiliki wawasan yang luas tentang dunia.

Pesantren, dalam pandangan Gus Dur, harus tetap berakar pada tradisi, tetapi juga terbuka terhadap modernitas dan kemajuan, sehingga dapat terus relevan dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berkeadaban.

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pandangan dan Pemikiran KH Wahid Hasyim

30 Oktober 2024 - 06:31 WIB

Biografi KH. Wahid Hasyim: Tokoh Pemuda Inspiratif dari Jawa Timur

30 Oktober 2024 - 06:26 WIB

5 Tokoh Pesantren di Jawa Timur: Pilar Pendidikan dan Dakwah Islam

14 Oktober 2024 - 15:31 WIB

Biografi Kiai Pesantren di Jawa Timur: Penggerak Pendidikan Islam dan Pembangunan Sosial

29 September 2024 - 20:56 WIB

Ini Daftar 17 Pahlawan Indonesia asal Jawa Timur

29 Agustus 2024 - 23:06 WIB

Istimewa! Berikut Daftar 22 Ulama Nusantara yang Dimakamkan di Jannatul Ma’la

28 Agustus 2024 - 15:11 WIB

Trending di Ruang Tokoh