Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 10 Mar 2023 08:00 WIB ·

Etika Menyikapi Perbedaan


 Etika Menyikapi Perbedaan Perbesar

Dalam buku Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh, KH. Sahal Mahfudh pernah ditanya tentang bagaimana cara menyikapi perbedaan agar tidak sampai menimbulkan perseteruan yang sengit bahkan sampai berbuat intoleransi.

Dengan padat dan jelas, beliau menegaskan bahwa di tengah-tengah masyarakat, perlu adanya rangkaian sosialisasi fikih ikhtilaf (fikih perbedaan). Kemudian, ide yang disebarluaskan di ranah publik adalah penyuluhan tentang bagaimana suatu etika, wawasan dan solusi menetralisir ketegangan antar kelompok yang mengancam persatuan.[1]

KH. Sahal Mahfudh menyebutkan beberapa etika menyikapi perbedaan di antaranya:

  1. Memulai dengan husnudzan terhadap sesama;
  2. Menghargai pendapat orang lain sejauh pendapat tersebut mempunyai dalil;
  3. Tidak memaksa kehendak bahwa pendapatnya yang paling benar, karena pendapat lain juga memiliki kemungkinan benar yang seimbang;
  4. Mengakui adanya perbedaan dalam masalah furuiyyah (cabangan-cabangan ajaran) dan tidak membesar-besarkannya;
  5. Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan syahadat;
  6. Mengkaji perbedaan secara ilmiah dengan mengupas dalil-dalilnya;
  7. Tidak beranggapan bahwa kebenaran hanya satu dalam masalah-malsah furuiyyah (cabang-cabang ajaran) karena ragamnya dalil. Di samping kemampuan akal yang berbeda-beda dalam menafsiri dalil-dalil; dan
  8. Terbuka dalam menyikapi perbedaan. Dengan melihat fenomena tersebut sebagai hal yang positif karena memperkaya khazanah dan fleksibilitas agama. Di samping itu, tidak cenderung menyalahkan dan menuduh sesat ajaran yang tidak kita kenal. Justru karena belum kenal, sebaliknya kita pelajari dulu latar belakang dan inti ajarannya.

Itulah beberapa kriteria yang dapat kita pelajari, ketika terjadi ketegangan atau perseteruan akibat adanya perbedaan pandangan hal-hal lain yang berpotensi mengakibatkan ketegangan.

Baca juga: Kecaman Rasulullah Bagi Orang yang Bersikap Intoleran
Tonton juga: HUBUNGAN SANTRI DENGAN SUMPAH PEMUDA | Duta damai santi jawa timur


[1] Sahal Mahfudh, Dialog Dengan Kiai Sahal Mahfudh (Surabaya: Ampel Suci, 2003), 488-489.

Etika Menyikapi Perbedaan

Artikel ini telah dibaca 2 kali

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi