Santrikeren.id– Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT,) Mayjen TNI Roedy Widodo menilai masyarakat hingga para penegak hukum harus mengantisipasi penyebaran paham dan perekrutan anggota teroris lewat media sosial (medsos).
“Kelompok-kelompok tersebut cara merekrutnya tidak lagi bertemu langsung seperti dulu, tetapi sudah memanfaatkan teknologi digital atau internet dengan menggunakan media sosial seperti WhatsApp, Telegram dan sebagainya,” kata Roedy dalam siaran pers dalam acara seminar ‘Bersama Menangkal Radikalisme Menuju Indonesia Maju’ di Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2024).
Dalam siaran pers yang diterima Kamis, Roedy mengatakan penggunaan medsos dalam menyebarkan paham teroris mendorong terbentuknya kategori masyarakat yang dianggap paling mudah terpapar.
Salah satu target kelompok masyarakat yang dinilai menjadi sasaran empuk teroris yakni remaja, anak anak hingga perempuan.
Mereka dinilai mudah terpapar karena rendahnya pemahaman akan paham radikal sehingga dapat dengan mudah terhasut. Selain itu, kategori masyarakat ini juga dinilai yang paling sering menggunakan media sosial.
Tidak hanya kepada tiga kategori itu, Roedy juga menilai masyarakat umum hingga aparatur sipil negara (ASN) di beberapa instansi, termasuk Polri, berpotensi terpapar paham terorisme lewat media sosial.
Karenanya, Roedy mengatakan pentingnya penguatan pemahaman akan bahaya paham radikalisme kepada seluruh masyarakat.
Penguatan pemahaman itu bisa dilakukan BNPT, Polri hingga jajaran ASN melalui penyuluhan di lingkungan masyarakat.
Proses penyuluhan tersebut bisa dimulai dari sekolah-sekolah hingga lembaga pendidikan agar para pelajar memiliki pemahaman anti radikalisme yang kuat sejak dini.
Dengan demikian, imunitas masyarakat akan pemahaman anti radikalisme semakin meningkat sehingga tidak mudah terpapar paham-paham terorisme.