Santrikeren.id– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengapresiasi program-program kerja sama penanggulangan terorisme dan ekstremisme kekerasan yang dilakukan dengan Uni Eropa (UE) sejak 2021.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto, saat membuka Southeast Asia Regional Seminar on EU Engagement in Counter Terrorism and P/CVE: Progress and Evolving Priorities for 2025-2028 di Bogor, 24 April 2024.
“Kita telah banyak sekali melakukan kerja sama dengan Uni Eropa antara lain melalui pengembangan kapasitas dalam pencegahan pendanaan terorisme pada 2021,” katanya.
Andhika berharap Southeast Asia Regional Seminar menjadi sarana melihat perkembangan terorisme dan mengidentifikasi program-program berikutnya yang diperlukan, baik pada tingkat nasional maupun regional.
“Pertemuan ini juga merupakan saat yang tepat bagi kami untuk mengidentifikasi program penanggulangan terorisme dan ekstremisme kekerasan berikutnya yang dibutuhkan oleh Indonesia dan kawasan berdasarkan situasi dan tantangan saat ini. Terkait kawasan, dokumen Plan of Action to Implement ASEAN-EU Strategic Partnership (2023-2027) kiranya dapat menjadi rujukan pengembangan program,” tuturnya.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, H.E. Denis Chaibi, menyampaikan bahwa Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme, bahkan Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.
“Karena Indonesia memiliki kompetensi baik dalam penanggulangan terorisme dan ekstremisme kekerasan yang mengedepankan prinsip HAM dan penegakan hukum sambil tetap mengedepankan rule of law,” kata Denis.
Sebagai informasi, komitmen kerja sama penanggulangan terorisme dan ekstremisme kekerasan Uni Eropa dengan Indonesia dan ASEAN tertuang dalam EU CT-P/CVE Activity Plan for Indonesia and the Region 2021-2024. Activity Plan tersebut diluncurkan di Jakarta pada 5 Juli 2021.
Adapun, seminar ini dihadiri sekitar 50 peserta yang berasal dari Indonesia dan negara-negara di kawasan sekitar. Terdapat sejumlah topik yang jadi pemantik diskusi, antara lain ihwal perkembangan situasi terorisme di kawasan, penanganan FTF, dan dampak perkembangan teknologi terhadap terorisme.