Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 30 Agu 2024 20:48 WIB ·

Dari Khotbah ke Kabel: Peran Media dalam Agama dalam Pandangan Marshall McLuhan


 Dari Khotbah ke Kabel: Peran Media dalam Agama dalam Pandangan Marshall McLuhan Perbesar

Oleh: Saiful 

Interaksi antara agama dan media menjadi semakin kompleks dan penting. Media, dalam berbagai bentuknya, telah menjadi sarana utama dalam penyebaran informasi, termasuk informasi keagamaan. Marshall McLuhan, seorang ahli teori komunikasi terkemuka, mengemukakan konsep “the medium is the message,” yang menunjukkan bahwa media komunikasi itu sendiri mempengaruhi cara pesan dipersepsikan oleh audiens.

Dalam konteks agama, teori ini menggarisbawahi bahwa media tidak hanya berfungsi sebagai saluran untuk menyebarkan pesan-pesan agama, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk cara pesan-pesan tersebut diterima dan diinterpretasikan oleh masyarakat. Dengan kata lain, cara informasi keagamaan disajikan melalui media dapat mempengaruhi makna dan dampaknya terhadap audiens, yang menunjukkan pentingnya memahami peran media dalam konteks keagamaan.

Marshall McLuhan, yang dikenal dengan gagasan “Global Village,” memberikan pandangan yang penting tentang bagaimana teknologi media dapat mengubah interaksi sosial dan budaya, termasuk dalam aspek keagamaan. Menurut McLuhan, perkembangan teknologi media elektronik menciptakan suatu dunia yang semakin terhubung, di mana batasan geografis menjadi tidak relevan, dan komunitas global terbentuk. Dalam konteks ini, agama juga mengalami transformasi dalam cara penyebarannya. Pesan-pesan agama yang dahulu disampaikan melalui mimbar atau pertemuan komunitas lokal kini dapat dengan mudah diakses melalui televisi, radio, internet, dan media sosial.

Media, sebagai perantara dalam penyebaran pesan agama, memiliki potensi untuk memperkuat atau mengubah pemahaman keagamaan. Sebagai contoh, program televisi yang menyajikan ceramah agama dapat memperluas jangkauan dakwah ke audiens yang lebih luas. Namun, McLuhan juga mengingatkan bahwa media tidak netral; cara pesan disampaikan dapat memengaruhi makna yang diterima. Visualisasi, gaya bahasa, dan format penyajian dalam media dapat mengarahkan interpretasi tertentu atas ajaran agama. Ini dapat menjadi peluang bagi penyebaran pesan agama yang positif, tetapi juga risiko distorsi makna jika tidak dikendalikan dengan bijak.

Dalam konteks Islam, penggunaan media untuk dakwah telah meningkat signifikan, terutama melalui platform digital seperti YouTube, Instagram, dan Twitter. Para pendakwah atau ulama yang memanfaatkan media ini memiliki kesempatan untuk menyebarkan ajaran agama kepada audiens global. Namun, McLuhan menekankan bahwa dengan semakin besarnya peran media, ada kebutuhan untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari teknologi ini terhadap komunitas keagamaan. Salah satu implikasinya adalah munculnya fenomena “agama instan,” di mana pemahaman agama dibentuk oleh konten singkat dan mudah diakses tanpa pendalaman yang memadai. Hal ini dapat mengarah pada pengurangan kualitas pemahaman agama di kalangan masyarakat.

Interaksi antara agama dan media menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan otentisitas ajaran agama. Di era media yang dominan, penyajian ajaran agama sering kali disesuaikan dengan format yang menarik dan mudah dipahami, yang terkadang mengorbankan kedalaman dan kompleksitas ajaran tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Marshall McLuhan, “kita membentuk alat kita dan kemudian alat kita membentuk kita,” media tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga membentuk cara kita berinteraksi dengan agama.

Meskipun media menawarkan keuntungan seperti akses yang lebih luas dan penyebaran informasi keagamaan yang lebih cepat, pendekatan ini juga memerlukan kehati-hatian. Media yang cenderung menyederhanakan atau menyajikan ajaran agama dalam format yang sensasional dapat berpotensi mendistorsi makna asli dan esensi ajaran tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa penyampaian informasi keagamaan melalui media tetap mempertahankan integritas dan otentisitas ajaran agama.

Pada akhirnya, pemahaman Marshall McLuhan mengenai media sebagai pembentuk pesan mengajarkan kita bahwa media harus dikelola dengan bijak dalam konteks agama. Kesadaran kritis dari masyarakat dan pemimpin agama sangat penting untuk memahami bagaimana media memengaruhi persepsi dan praktik keagamaan. Media tidak lagi dapat dipisahkan dari pengalaman keagamaan; sebaliknya, agama harus mampu beradaptasi dengan pengaruh media dan memanfaatkan media secara positif dan konstruktif.

Dalam dunia yang semakin terhubung, pandangan McLuhan memberikan wawasan penting tentang bagaimana kita bisa mengelola interaksi antara agama dan media. Dengan pendekatan yang hati-hati dan bijaksana, pesan-pesan keagamaan dapat disampaikan secara efektif dan bermanfaat, menjaga integritas ajaran agama dan mendukung perkembangan spiritual masyarakat. Menggunakan media dengan cara yang tepat memungkinkan pesan-pesan keagamaan mencapai audiens yang lebih luas tanpa kehilangan kedalaman dan otentisitasnya.

Oleh karennya, meskipun media menawarkan banyak peluang dalam penyebaran ajaran agama, tantangan signifikan tetap ada untuk memastikan bahwa ajaran agama tetap otentik dan relevan di era digital ini. Media dapat memperluas jangkauan informasi keagamaan, namun juga berpotensi mereduksi kedalaman dan kompleksitas ajaran jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Pemikiran Marshall McLuhan mengenai peran media dalam membentuk pesan memberikan kerangka kerja yang penting untuk menganalisis dan memahami dinamika antara agama dan media dalam konteks modern. Dengan menggunakan wawasan ini, kita dapat lebih baik memahami bagaimana media mempengaruhi cara ajaran agama dipersepsikan dan diterima, serta bagaimana menjaga integritas pesan keagamaan di tengah arus informasi yang terus berkembang.

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Santri dan Maulid Nabi

16 September 2024 - 11:22 WIB

Mengenal Tradisi Endog Endogan dalam Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

15 September 2024 - 06:11 WIB

Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi, Dirayakan Seorang Sultan

15 September 2024 - 06:07 WIB

Tiga Sikap dan Karakter Kiai Indonesia yang Perlu Diketahui

30 Agustus 2024 - 22:31 WIB

Esensi Makna Kiai

30 Agustus 2024 - 22:20 WIB

Anak Muda dalam Membangun Kehidupan yang Toleran: Studi Kasus di Madura

30 Agustus 2024 - 20:51 WIB

Trending di Suara Santri