Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 20 Sep 2024 21:11 WIB ·

Dampak Bullying dalam Perspektif Psikologi


 Dampak Bullying dalam Perspektif Psikologi Perbesar

Oleh: Citra Sukma Ningsih

Dampak bullying terhadap korbannya bisa berdampak kepada fisik dan psikologis korban bahkan ada korban yang depresi dan mengamuk kepada teman teman sekitarnya. Dampak yang dialami oleh korban kasus bullying ini adalah santri mengalami trauma dan _esehatan mentalnya terganggu, tidak hanya trauma saja yang dialami korban bullying, proses belajar pun akan terganggu.

Kekerasan fisik yang diterima oleh korban bullying di antaranya sering terisolasi secara sosial, tidak mempunyai teman dekat, tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua, kesehatan mental yang menurun dan yang paling buruk, bullying dapat mengakibatkan depresi hingga memicu bunuh diri.

Selain untuk korban, dampak bullying juga ada terhadap pelaku bullying, menurut Douglas Vanderbilt& Marilyn Augustyn, bahwa pelaku bullying mempunyai permasalahan dalam kesehatan mental seperti tingkat depresi dan tekanan psikologis yang tinggi, mengalami gangguan kecemasan dan memiliki banyak permasalahan sosial, cenderung memiliki kepribadian anti sosial.

Perilaku Bullying Muncul Adanya Senioritas

Kekerasan bullying tidak hanya terjadi antar teman sebaya akan tetapi tindakan bullying juga bisa dilakukan oleh santri senior kepada santri junior, ia merasa santri junior pantas untuk disuruh-suruh, diejek dan dirampas haknya karena masih santri baru.

Perilaku bullying kerap terjadi di asrama pesantren karena merupakan lingkungan baru bagi santri junior dan membutuhkan waku untuk beradaptasi dengan para santri yang berasal dari berbagai daerah dan memiliki adat dan budaya yang berbeda sehingga seringnya terjadi kesalahpahaman. Selain itu mereka menghabiskan waktunya sebagian besar di pesantren dan intensitas bertemu dengan senior lebih banyak dan keadaan tersebut memicu adanya bullying.

Selain itu santri yang menjadi korban bullying secara mental dengan sengaja pelaku melakukan tindakan untuk membuat korban merasa tidak percaya diri, rendah diri, perasaan takut, salah tingkah dan lemah. Tindakan tersebut dilakukan oleh pelaku dengan menggertak, memojokkan dan merendahkan korban. Tindakan bullying dapat memberikan dampak negatif terhadap korban karena sering diganggu ketenangannya sehingga korban merasa cemas, takut bahkan hilang kepercayaan diri, terluka, menderita dan tidak berani bersosialisasi dengan santri yang lain.

Korban bullying juga akan mengalami ketraumaan yang panjang dan berkelanjutan jika tidak ditangani serius oleh pihak pesantren karena korban bullying akan kehilangan kepercayaan diri dan harga dirinya rendah. Untuk meningkatkan harga dirinya mereka menjadikan orang lain sebagai sasaran untuk balas dendam, mendominasi dan merasa kuat. Hal ini juga dikaitkan dengan usia yang berada di rentang 12-15 tahun, pada usia ini remaja secara emosional lebih labil dan memiliki banyak konflik karena kecenderungan untuk memberontak dari segala aturan. Maka dari itu faktor terbesar yang mengakibatkan adanya kekerasan bullying adalah adanya senioritas di pesantren.

Adanya Pelanggaran dari Peraturan yang Dibuat Oleh Pengurus Pesantren

Salah satu pemicu adanya bullying di kalangan pesantren adalah ketika santri melakukan pelanggaran atas aturan yang ditetapkan oleh pengurus. Hal tersebut dianggap sebuah aib ketika salah satu santri melakukan pelanggaran dan secara otomatis akan menjadi bahan gunjingan, dan akan dijauhi karena merasa menjadi virus kepada yang lain

Maka tindakan tersebut semakin membuat korban tidak diayomi dan rendah diri sehingga terkadang bagi korban yang merasa tidak sadar akan semakin banyak melakukan pelanggaran bukan malahh menyesali perbuatan kesalahannya.

Hal tersebut dilakukan semata-mata ingin diperhatikan oleh yang lain dan ingin bersosialisasi dengan baik dan tidak ingin dibeda- bedakan antar satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu peraturan yang dibuat oleh pengurus akan menjadi boomerang terhadap korban dan menganggap peraturan pengurus menyulitkan dirinya untuk bersosialisasi.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Upaya Dasar Pencegahan Bullying Di Pesantren

20 September 2024 - 21:13 WIB

Istilah Bullying di Dunia Pesantren

20 September 2024 - 21:00 WIB

Memahami Fenomena Bullying di Pesantren

20 September 2024 - 16:59 WIB

Santri dan Maulid Nabi

16 September 2024 - 11:22 WIB

Mengenal Tradisi Endog Endogan dalam Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

15 September 2024 - 06:11 WIB

Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi, Dirayakan Seorang Sultan

15 September 2024 - 06:07 WIB

Trending di Suara Santri