Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 21 Des 2023 08:41 WIB ·

Catatan Perjalanan Kaderisasi di Ngawi, Dari Rekat Persahabatan hingga Saling Menghargai Keberagaman


 Moh. Faiq Tim Instruktur Kaderisasi PKC PMII Jawa Timur saat berada di Stasiun Kereta Api Kabupaten Ngawi pada Senin (18/12/2023) malam. Perbesar

Moh. Faiq Tim Instruktur Kaderisasi PKC PMII Jawa Timur saat berada di Stasiun Kereta Api Kabupaten Ngawi pada Senin (18/12/2023) malam.

Oleh: Moh. Faiq

Tulisan ini sekadar catatan sederhana terkait perjalanan kaderisasi pada pelaksanaan kegiatan Pelatihan Instruktur Wilayah (PIW) Bidang Kaderisasi PMII Jawa Timur yang bertempat di Kabupaten Ngawi. Kami berangkat dari ujung timur pulau Madura, Kabupaten Sumenep tepatnya, dengan mengendarai sepeda motor hingga ke Surabaya. Dalam perjalanan ini, kami bergantian menyopiri agar menghemat tenaga dan energi, sebab di jalan kami membutuhkan sekitar empat jam perjalanan.

Sesampainya di Surabaya, rombongan terbagi dua, lalu kami kebagian naik kereta. Tepat jam 12:13 Wib kereta berangkat, hampir saja kami telat. Duduk secara terpisah, teman kebagian kursi di gerbong ekonomi satu, sementara saya di gerbong ekonomi tiga kursi 12 A. Samping kanan dan depan, tak ada penumpang. Hanya bangku sebelahnya, sepasang suami istri cukup tua duduk bersama penuh mesra. Saat makan mereka terlihat saling suap, sambil mengunyah sesekali bergurau saling cubit, keluarga yang harmonis dan romantis.

Pada situasi ini, sambil merenung dan sesekali melihat kemesraan mereka, kemudian berpikir bahwa kehidupan dalam berkeluarga yang terpenting adalah saling menerima. Karena salah satu penyebab runtuhnya dalam berkeluarga kurangnya kesalingan diantara keduanya. Dari mereka berdua kami belajar, bahwa hidup tak selalu tentang harta, yang lebih penting adalah menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dengan tetap bersama, berdua menjalaninya. Sementara itu, kereta terus melaju, berburu waktu–hingga pada lokasi yang dituju.

PIW dan Mimpi Besar Instruktur PMII Jawa Timur

Pukul 15:15 Wib kami sampai di Stasiun Walikukun, ujung barat Kabupaten Ngawi. Stasiunnya cukup sepi, hanya kami berdua yang diturunkan di stasiun ini. Sekitar lima menit berlalu, kereta kembali melaju. Sementara itu, kami duduk santai menunggu jemputan. Hampir sejam, lalu panitia lokal datang sembari mengucapkan maaf karena keterlambatan. Ia ramah, tak sedikitpun menunjukkan raut wajah yang lelah.

Kegiatan pun dibuka dengan para peserta yang terwakili dari setiap masing-masing zona. Perlu diketahui, wilayah kaderisasi PMII Jawa Timur terbagi ke lima zonasi, mulai Metropolis, Tapal Kuda, Matraman, Pantura hingga pulau Madura. Semuanya berkumpul dalam satu forum penuh khidmat dan bijaksana.

Keberagaman pun nampak di sana, dari bahasa yang berbeda, kebudayaannya, sampai pada logat bicara pada setiap masing-masing peserta. Tidak berlebihan kiranya, bila kami menyebut forum tersebut sebagai miniatur kecil dari negara. Yakni, bangsa yang kaya akan keberagaman namun tetap rekat dalam persatuan, dengan saling menghargai antar sesama, saling menghormati pada orang yang berbeda dengan kita, pun tidak saling bermusuhan karena terdapat perbedaan.

Kira-kira begitu kondisi selama empat hari, kita semua diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati, bila terdapat perbedaan dalam argumentasi atau pun gagasan, maka musyawarah adalah jalan untuk menyelesaikan. Apabila setiap rakyat Indonesia dapat menerapkan sikap demikian yakni saling menghormati dan menghargai, maka tak ada lagi kekerasan, kerusuhan dan pembunuhan atas dasar perbedaan.

Baiklah kami lanjutkan dan rampungkan beberapa poin pembelajaran selama pelatihan selain yang telah disebutkan. Pertama, kami menyadari bahwa setiap daerah memiliki corak tersendiri dalam menyusun kerangka kaderisasi. Tentunya, mengakar pada kekayaan intelektual, ragam kebudayaan, dan sejarah yang melatari. Sehingga perlu kemudian kaderisasi juga bertumpu pada kebudayaan dan kekayaan tradisi. Sesuai ajaran dalam Islam Ahlussunnah wal Jamaah, al-muhafadhatu ‘ala qodimis Sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah.

Kedua, tercapainya sebuah tujuan tidak terlepas dari kebersamaan, kekuatan, dan keberanian. Mustahil kegiatan berjalan tanpa ada kerjasama baik antara peserta dan kepanitiaan. Pun juga soal kekuatan, kita semua harus bertahan dari setiap rintangan dan cobaan, salah satunya dari kemalasan. Dalam hal ini, setidaknya peserta telah menunjukkan sikap berani mengambil langkah untuk disiplin, tepat waktu, setiap hari.

Ketiga, mimpi besar, bahwa kita memahami organisasi yang terlahir dengan penuh tragedi ini, harus terus dijalankan demi terwujudnya sebuah cita-cita dan harapan. Terbukti setiap peserta mampu merumuskan langkah-langkah dan gerakan yang akan dilakukan pasca pelatihan. Mereka penuh semangat, meluruhkan segenap emosi demi organisasi, sekalipun sudah berhari-hari mengikuti pelatihan yang tentu menguras energi.

Ini hanya sebagian kecil yang disampaikan, jika diselami lebih dalam, akan banyak yang dapat dijalankan pembelajaran.

*Tim Instruktur Kaderisasi PKC PMII Jawa Timur

Artikel ini telah dibaca 24 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri