Oleh: Abdul Warits
Radikalisme dan terorisme adalah ancaman serius bagi stabilitas sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia, memiliki peran strategis dalam menangkal ideologi ekstremisme. Banyak pesantren di Jawa Timur yang secara aktif mengembangkan pendekatan-pendekatan untuk mengatasi radikalisme dan terorisme. Berikut ini adalah cara dan nilai yang diusung lima pesantren terkemuka di wilayah tersebut:
1. Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang)
Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, menanamkan nilai-nilai Islam moderat (wasathiyah). Salah satu cara pesantren ini melawan radikalisme adalah melalui pendidikan berbasis toleransi dan pengenalan sejarah Islam Indonesia yang damai. Para santri diajarkan untuk menghormati perbedaan pendapat, suku, dan agama. Tebuireng juga mengadakan seminar dan diskusi tentang bahaya radikalisme dengan melibatkan tokoh lintas agama dan akademisi.
2. Pondok Pesantren Lirboyo (Kediri)
Pesantren Lirboyo terkenal dengan metode pengajaran kitab kuning yang mendalam, yang mengedepankan pemahaman kontekstual terhadap ajaran Islam. Nilai utama yang diajarkan adalah ketaatan pada hukum Islam yang damai dan sesuai dengan Pancasila. Untuk mengatasi radikalisme, Lirboyo mengadakan pelatihan kepada para santri tentang cara mengenali narasi radikal di media sosial serta bagaimana melawan propaganda tersebut dengan argumen yang berbasis ilmu.
3. Pondok Pesantren Darul Ulum (Jombang)
Pesantren Darul Ulum mengedepankan pendidikan multikultural. Dengan keberagaman santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, pesantren ini mengajarkan nilai persaudaraan (ukhuwah) dan kebangsaan. Cara efektif yang dilakukan pesantren ini adalah dengan mengintegrasikan pendidikan agama dan pendidikan formal, seperti pengenalan mata pelajaran yang membahas Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar kehidupan berbangsa.
4. Pondok Pesantren Nurul Jadid (Probolinggo)
Pesantren Nurul Jadid memiliki program deradikalisasi berbasis teknologi. Pesantren ini mendidik para santri menjadi agen perubahan di masyarakat melalui literasi digital. Para santri diajarkan membuat konten-konten positif yang mengcounter narasi radikal. Nilai utama yang dipegang adalah sikap inklusif, yaitu menerima keberagaman sebagai kekayaan bangsa, bukan ancaman.
5. Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan (Sumenep, Madura)
Pesantren Al-Amien mengembangkan pendidikan berbasis keislaman modern dengan tetap menjaga tradisi pesantren. Nilai yang diusung adalah keterbukaan dalam berdialog. Pesantren ini sering mengundang tokoh agama dari berbagai latar belakang untuk memberikan ceramah, sehingga santri dapat memahami sudut pandang yang berbeda. Selain itu, pesantren ini juga memberikan pembekalan kepada santri untuk menjadi duta perdamaian di masyarakat.
Pesantren di Jawa Timur memainkan peran vital dalam menangkal radikalisme dan terorisme melalui pendekatan pendidikan yang moderat, multikultural, dan berbasis teknologi. Nilai-nilai seperti toleransi, inklusivitas, ukhuwah, dan kebangsaan menjadi landasan utama dalam setiap program deradikalisasi. Upaya ini menunjukkan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga benteng pertahanan ideologi bangsa yang mendorong terciptanya masyarakat yang damai dan harmonis.
Melalui peran aktif pesantren, harapan untuk membangun Indonesia yang bebas dari radikalisme dan terorisme menjadi semakin nyata