Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 21 Jul 2023 17:02 WIB ·

Cahaya Surga di Wajah Ibunda


 Cahaya Surga di Wajah Ibunda Perbesar

Oleh; Amrullah*

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak. Dalam Islam berbakti kepada orang tua dikenal dengan birr al-walidain. Islam memberikan kedudukan yang sangat Istimewa kepada siapa saja yang berbakti kepada orang tuanya. Karena perjuangan dan pengorbanan orang tua sangat luar biasa. Jasa besar perjuangan seorang ibu dimulai ketika mengandung, melahirkan, menyusui, merawah hingga mendidiknya.

Kemudian seorang ayah berperan dalam banyak hala walaupun tidak ikut mengandung, peran ayah dengan mencari nafkah, mendidik, membimbing, melindungi dan merawat sampai membesarkannya. Dalam al-Qur’an Allah Swt. Memerintahkan kita semua untuk berbakti kepada kedua orang tua yakni pada QS. Al-Isra’ ayat 23-24. Mana yang akan lebih di duhulukan antara ayah atau ibu. Tentu mendulukan perintah ibu. Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak untuk mendapatkan perlakuan baik?”. Baginda menjawab, “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “Kemudian kepada siapa lagi?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” tanyanya lagi. Beliau menjawab, “Ibumu”. Orang tersebut bertanya kembali, lalu baginda Rasul menjawab, “ayahmu” (HR. bukhari).

Dalam tersebut oleh baginda Rasul mengulagi ibu sebanyak tiga kali sedangkam ayah satu kali. Hal tersebut karena perjuangan dan kasih sayang ibu lebih besar dari ayah. Salah satu kisah yang menarik adalah kisah bakti seorang penjual tempe, pada tahun 1990an ada seorang penjual tempe berdomisili Garut, setiap hari memasukkan kedelai dan ragi kedalam keranjang kemudian diletakkan disepedanya. Naik sepeda hari Senin sampai dibandung hari Rabu, rutinitas yang ia lakukan adalah menjual tempe di Bandung sambil lalu menjenguk ibunya yang sakit stroke, kegitan tersebut dilakukan rutin selama lima tahun.

Setiap pagi sampai di Bandung dengan keadaan tempenya sudah matang. Suatu hari mendapi ujian yang sangat berat, yakni istri dan keempat anaknya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Rutinitas yang ia lakukan setiap harinya berangkat hari Senin, Selasa diperjalanan dan Rabu sampai dirumahibunya. Selepas shalat subuh, pergi kpasar untuk menjual tempenya, ketika di cek kagit tempenya masih belum matangerbentuk kedelai yang terbungkus plastik. Beberapa upaya dilakukan dengan memasang lapaknya barangkali usai ditutup, kedelai dan raginya nanti akan matang. Ternyata setelah beberapa saat dibuka, tempenya tetap belum matang.

Tentu ia bertanya-tanya dalam dirinya mengapa sampai terjadi seperti ini. Padahal rajian shalat berjamaaah tepat waktu, gemar membaca al-Qur’an dijadikan rutinitas lebih dari satu juz setiap harinya. Pada hari banyak pelanggan yang tidak jadi mebeli tempenya. Sampai jam 12 tempenya masih belum matang. Akhirnya ia menutup dengan gelingan air mata sambil lalu megadu kepada Allah. pada saat keluar dari pasar dengan membawa sepeda yang berisi tempe yang belum matang. Tiba-tiba ada seorang ibu yang keluar dari mobilnya bertanya pasar tutup. Ternyata ibu tersebut mencari tempe yang belum matang untuk suaminya yang bekerja di KBRI Australia. Ibu tersebut membayar harga tempenya dua juta (hal 182).

Hal tersebut merupakan salah satu bentuk bakti kepada orang tua, masih banyak kisah-kisah menarik yang perlu banyak diketahun tentang berbakti kepada orang tua. Tentu ada kisah-kisah anak durhaka pada orang tua dan fenomena orang tua durhaka dalam buku ini.

Jika kamu ingin meraih keridhaan Allah maka raih salah satunya dengan meraih keridhaan kedua orang tua, dan sebaliknya. Selama orang tua masih hidup maka berbaktilah kepada mereka berdua, meskipun mereka tiada masih bisa bakti dengan cara mendoakan dan memohon ampun untuk keduanya, yang Insya allah akan mendapatkan balasan surga bagi mereka yang berkti tidak mendurhakainya.

Bentuk bakti kepada orang tua banyak macamnya salah satunya dengan berkomunikasi sopan penuh kelembutan dan jauhi perkataan yang dapat menyakiti orang tua. Dengan memiliki buku ini tentu akan membimbing menjadi anak yang sholeh yang taat kepada kedua orang tua yang sehingga mendapatkan balasan surga. Tentu buku ini banyak menjelaskan makna birrul walidain dari segi lingustik arab, cara berbakti ketika mereka masih hidup hingga mereka tiada. Kisah-kisah menarik tentang berbakti kepada orang tua dan do’a orang tua kepada anaknya serta kisah-kisah orang yang mendurhakai orang tua dan fenomena orang tua durhaka. Wallahu a’lam.

Judul                : Surat Cinta Buat Ibunda

Penulis             : Fuad Abdurrahman

Penerbit           : Republika

Cetakan           : 2023

Tebal               : 330 halaman

ISBN                : 978-623-279-190-9

*Amrullah, lahir di Dusun Polalang Desa Gapura Barat Gapura Sumenep Madura, Guru di SMP NU Sumenep.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Menuju Ketenangan dan Kebahagiaan: Praktik Doa dan Zikir Sehari-Hari Menurut Ajaran Nabi Muhammad SAW

29 Juni 2024 - 15:23 WIB

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Mendukung Pendidikan Anak di Pesantren

29 Juni 2024 - 11:06 WIB

Bagaimana Kita Hidup Dalam Bayang-Bayang Era Post Truth

9 Juni 2024 - 09:51 WIB

Dekadensi Moral Santri Masa Kini

2 Juni 2024 - 09:54 WIB

Sayyidah Maryam: Jejak Kesucian dan Keteguhan Iman Sang Perawan Suci Ibunda Almasih

1 Juni 2024 - 21:16 WIB

Tafsir Tentang Hutang Piutang QS. Al-Baqarah 282

31 Mei 2024 - 23:18 WIB

Trending di Suara Santri