Bagaimana Anda mengetahui tentang bukti cinta Anda kepada Allah? Dalam tulisan ini, kami akan merangkum tentang bukti cinta seseorang kepada Allah menurut Syekh Nawawi al-Bantani. Simak tulisannya di bawah ini.
Seberapa besarkah cinta kita pada Sang Khaliq? Akankah kita telah membuat-Nya cemburu karena kita terlalu fokus mengejar cinta makhluk?
Sufyan bin Uyainah dalam kitab Syarah Nashaihul Ibad karya Syekh Nawawi an-Bantani menyebutkan bahwa ada 3 tanda yang menunjukkan kecintaan kita kepada Allah SWT:
مَنْ أَحَبَّ اللّهَ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّهُ اللّهُ تَعَالَى وَ مَنْ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّهُ اللّهُ تَعَالَى أَحَبَّ مَا أَحَبَّ فِى اللّهِ تَعَالَى وَ مَنْ أَحَبَّ مَا أَحَبَّ فِى اللّهِ تَعَالَى أَحَبَّ أَنْ لاَ يَعْرِفُهُ النَّاسُ
Artinya: “Barangsiapa yang cinta kepada Allah, maka ia akan cinta kepada orang yang Allah cintai. Dan barangsiapa yang cinta kepada orang yang Allah cintai, maka ia akan cinta kepada perbuatan yang ia lakukan karena cintanya kepada Allah. Dan barangsiapa yang cinta kepada perbuatan yang dilakukan karena cinta kepada Allah, maka ia akan cinta melakukan perbuatan itu tanpa diketahui manusia.”
Dari kutipan di atas, Syekh Nawawi al-Bantani menguraikan makna ketiga tanda cinta itu kepada Allah SWT sebagai berikut:
Pertama, mencintai orang yang dicintai Allah
Siapakah orang yang dicintai Allah? Yakni tidak lain para ulama dan orang-orang shaleh. Jika memang kita benar-benar merasa mencintai Allah, maka kita tidak mungkin untuk tidak mencintai mereka. Ulama dan orang-orang shaleh laksana air di kala kita merasa dahaga. Kebesaran dan kenikmatan yang Allah berikan akan semakin tampak di saat kita selalu dekat dengan para ulama dan orang-orang shaleh.
Kedua, mencintai sesuatu hanya karena Allah semata
Segala apapun bentuk pekerjaan amal shaleh yang ia lakukan, melakukannya hanya semata-mata untuk mencari ridha Allah. Betapa ruginya seseorang yang mengerjakan suatu amal shaleh tetapi yang ia dahulukan adalah pujian dari banyak orang, ia lupa bahwa balasan dan pujian tertinggi bukanlah berasal dari manusia melainkan Allah SWT. Ia lupa, bahwa di saat ia mengharap pujian dari manusia pekerjaannya menjadi sia-sia.
Ketiga, mencintai amal perbuatan tanpa sepengetahuan manusia
Tanda yang terakhir ini sangat bisa untuk dijadikan tolak ukur terhadap diri kita masing-masing. Bagaimanakah diri kita?
Nah, dari beberapa tanda tadi, masih belum bisa sempurna kecintaannya jikalau tiada bukti nyata. Oleh karenanya Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya juga menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda akan tiga bukti cinta sejati, yaitu:
Memilih kalam kekasihnya (Al-Qur’an) daripada kalam lain-Nya (hasil produk manusia). Jika kita qiyaskan dalam hubungan asmara kali ini, seorang kekasih akan lebih memilih ucapan kekasihnya daripada ucapan orang lain.
Memilih bergaul dengan kekasih-Nya daripada bergaul dengan yang lain. Seorang kekasih akan lebih memilih duduk bersanding dengan kekasihnya daripada duduk bersama orang lain.
Memillih keridhaan kekasih-Nya daripada keridhaan yang lain.
Demikianlah tanda-tanda serta bukti-bukti kecintaan kepada Ilahi. Wallahu a’lam.
Baca juga: Hukum Salaman dengan Kyai yang Bukan Mahram
Tonton juga: PRASANGKA | Short Film Of Grup Taks 2 Duta Damai Santri Jawa Timur.
Sumber: Kitab Syarah Nashoihul Ibad hal. 18 karya Syekh Nawawi al-Bantani