Oleh: Tsabit Habibi
Sejarah Fatmawati dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia cukup panjang. Ia mengikuti rangkaian proses proklamasi kemerdekaan, dari Rengasdengklok, penyusunan naskah proklamasi, pembacaan teks proklamasi, hingga pengibaran Sang Saka Merah-Putih. Bahkan, Fatmawati adalah orang yang menjahit bendera pusaka. Berikut penjelasan terkait perjuangan Fatmawati sebelum dan saat proklamasi.
- Berjuang bersama organisasi Nasyatul Aisyah
Fatmawati turut andil dalam perjuangan bangsa melawan penjajah. Ia berjuang bersama orang tuanya di Muhammadiyah.
Fatmawati bergabung dengan Nasyatul Aisyah di Bengkulu. Di organisasi yang berada di bawah koordinasi Muhammadiyah itulah perjuangannya bermula, sebelum menikah dengan Sukarno.
Jauh sebelum mengelola organisasi Nasyatul Aisyah, Fatmawati sudah terbiasa berkegiatan di Muhammadiyah. Oleh kedua orang tuanya, ia selalu dilibatkan dalam konferensi yang digelar saban tahun, baik untuk menyanyi ataupun membaca Al-Qur’an.
- Mengikuti rapat-rapat besar prakemerdekaan
Fatmawati selalu ikut dengan Sukarno menghadiri rapat-rapat besar perumusan rencana kemerdekaan. Termasuk di antaranya ketika Sukarno berpidato dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Hal itu dikisahkan oleh St. Sularto dan D. Rini Yunarti dalam Konflik di Balik Proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan (2010: 14-15).
- Ikut “Diamankan” Bersama Sukarno di Rengasdengklok
Menjadi istri Sukarno membuat Fatmawati lekat dengan gerakan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya ketika ia membersamai sang suami ke Rengasdengklok.
Pada 1945, Jepang akhirnya menyerah kepada Sekutu. Mendengar kabar tersebut, golongan muda menghendaki kemerdekaan Indonesia perlu dipercepat karena menganggap janji kemerdekaan dari Jepang tak lagi bisa dipegang. Sebaliknya, golongan tua termasuk Sukarno dan Mohammad Hatta cenderung ingin menunggu janji kemerdekaan dari Jepang.
Hal tersebut membuat golongan muda mendatangi Sukarno untuk mendesak dilakukannya proklamasi. Bung Karno enggan melakukan hal itu dan masih menunggu pertimbangan tokoh-tokoh lain.
Penolakan itu mematik golongan muda untuk “mengamankan” Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, dekat Karawang, pada 16 Agustus 1945. Fatmawati ikut dalam peristiwa bersejarah tersebut.
- Ibu Negara Penjahit Bendera Pusaka
Tugas Fatmawati dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia yang paling utama adalah menjahit bendera Merah Putih. Peran Fatmawati dalam proklamasi kemerdekaan RI terkait itu dijelaskan sendiri oleh Bung Karno.
“Istriku telah membuat sebuah bendera dari dua potong kain. Sepotong kain putih dan sepotong kain merah. Ia menjahitnya dengan tangan,” ungkap Sukarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
“Inilah bendera resmi yang pertama dari Republik,” tambah sang proklamator yang kemudian menjadi Presiden RI pertama ini.
- Membuat Dapur Umum
Setelah proklamasi dibacakan oleh Sukarno bersama Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Timur, para pejuang bergantian menjaga lokasi tersebut.
Melihat ratusan orang yang berjaga di wilayah tersebut, Fatmawati berinisiatif mengadakan dapur umum. Bersama para pejuang perempuan lainnya, ia menyediakan makanan untuk benteng manusia yang berjaga di Pegangsaan Timur 56.
- Bertahan di Yogyakarta selama agresi militer Belanda
Peran Fatmawati dalam kemerdekaan Indonesia, terutama setelah proklamasi, juga teramat besar. Saat situasi Jakarta tidak stabil, ia ikut bersama anak-anaknya pindah ke Yogyakarta.
Selain itu, ketika Sukarno diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Pulau Bangka pada 1948, Fatmawati tetap setia menjaga anak-anak dan orang tuanya di Yogyakarta.
Fatmawati bahkan sempat diusir dari Gedung Agung dan dipindahkan ke rumah baru yang amat sederhana di dekat kali Code, sebagaimana dikisahkan dalam Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Soekarno (1978).