Oleh : Tsabit Habibi
Ada banyak tokoh yang telah berhasil di menyebarkan nilai-nilai perdamaian. Beberapa tokoh tersebut menyebarkan nilai perdamaian dalam bentuk tulisan, gagasan maupun gerakannya. Beberapa tokoh berikut adalah tokoh muslim kontemporer yang menyuarakan anti kekerasan dan pentingnya perdamaian di atas segalanya. Berikut profil dan kiprah mereka dalam menyuarakan anti kekerasan:
- Abdurrahman Wahid
KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur merupakan tokoh yang aktif menyuarakan perdamaian. Tidak hanya skala nasional tapi juga internasional. Gagasan pemikirannya ini terlihat dari beragam penolakannya terhadap segala bentuk tindak kekerasan dan radikalisme, terutama yang menyudutkan Islam.
Gus Dur tampil meluruskan persoalan yang terus merendahkan Islam itu. Bagi mantan ketua Umum PBNU ini, permasalahan kekerasan bukan terletak pada agama Islam itu sendiri, melainkan oknum-oknum tertentu yang telah salah menafsirkan teks-teks keagamaan. Kemudian mengambil kesimpulan yang keliru dengan mengatakan bahwa tindak kekerasan dan terorisme merupakan bagian dari Islam. Padahal, Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat Islam.
Ketika menjabat sebagai presiden, keikutsertaan Gus Dur dalam menjaga perdamaian juga terlihat ketika ia mengambil jalan tengah dalam kasus GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Tatkala pejabat pemerintahan yang lebih memilih jalur kontak senjata dengan GAM, Gus Dur hadir meredam keinginan tersebut. Baginya, kontak senjata merupakan bentuk ketidaksabaran dalam mengambil keputusan. Hal itu hanya akan menambah kasus berkepanjangan dan menelan banyak korban yang tidak bersalah.
Cara yang sama ini juga dilakukannya ketika menyelesaikan konflik berkepanjangan yang terjadi di Papua. Gus Dur memilih jalur dialog kemanusiaan dan berdiskusi dengan rakyat Papua. Di level global, Gus Dur dipercaya untuk mengemban amanat sebagai Presiden WCRP (World Conference of Religion and Peace) di tahun 1994. Namanya diperhitungkan dunia dalam menyelesaikan beragam isu-isu kemanusiaan global.
- KH Ahmad Hasyim Muzadi
Selain Gus Dur, figur KH Ahmad Hasyim Muzadi juga menjadi tokoh yang diperhitungkan dalam membawa angin perdamaian. KH Hasyim Muzadi membawa slogan Islam Rahmatan lil ‘Alamin, untuk memperkenalkan ajaran Islam yang sejati dan moderat kepada dunia.
Mantan Ketua Umum PBNU 2 periode setelah Gus Dur ini, mengenalkan slogan tersebut sebagai lawan terhadap beragam tuduhan miring terhadap Islam yang seringkali diidentikkan dengan kekerasan, radikal, dan teroris. Terlebih setelah kasus 9/11 yang membuat adanya kesenjangan besar antara Barat dan Islam, karena Islam dituduh dalang dari tragedi tersebut.
Dalam langkahnya, KH Hasyim Muzadi menggunakan jalur dialog untuk membangun kesepahaman dengan Barat. Baginya, jalur itulah yang cocok untuk menciptakan perdamaian, tata kelola dunia yang adil dan jauh dari kekerasan. Selain Barat, Kiai Hasyim juga mengkritik umat Islam yang telah jauh dari merepresentasikan Islam itu sendiri, yang masih berkutat pada teori dan kosong dari praktik. KH Hasyim Muzadi juga mendirikan ICIS (International Conference of Islamic Scholars) yang anggotanya terdiri dari para ulama, cendekiawan, pemerhati, dan pengamat muslim dari berbagai negara di dunia.
Hadirnya ICIS bertujuan untuk meredam berbagai bentuk tindak kekerasan dan teroris yang terjadi di belahan dunia. Menjembatani hubungan Barat dan Islam. Melalui jalur konferensi, dialog, dan kunjungan ke berbagai negara, isu terorisme secara relatif dapat terkendali. Bahkan, beragam kebijakan ICIS mendapat respon positif oleh PBB hingga organisasi itu masuk dalam keanggotaan PBB non-pemerintah.
Mengenai kasus-kasus internal umat Islam, KH Hasyim Muzadi juga ikut terlibat dalam menyelesaikan konflik seperti konflik Sunni-Syiah, masyarakat muslim di Pattani Thailand, Sudan, Iran-Irak, Lebanon, dan lain sebagainya. Keterlibatan ia menjadi bukti pengakuan dunia bahwa sosoknya sangat dibutuhkan dalam melawan beragam bentuk kekerasan dan menciptakan perdamaian.
3. Grand Syekh Ahmad Thayyeb
Ahmad Thayyeb yang merupakan Grand Syeikh Universitas Al-Azhar juga sangat perhatian terhadap kasus kekerasan. Hingga sekarang ia masih terus aktif berdakwah menyerukan perdamaian dan menutup pintu radikalisme dan terorisme baik dalam forum maupun karya tulis. Salah satu jasa besarnya ialah menandatangani Watsiqoh ‘an Al-Ukhuwah al-Insaniyyah min Ajli al-Salam al-‘Alami wa Al-‘Aisy Ma’an, sebuah dokumen nota kesepahaman perjanjian persaudaraan kemanusiaan dengan Paus Fransiskus pada tahun 2019 di Abu Dhabi. Dokumen WUA ini berisi nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan sebagai respon melonjaknya angka kasus pelanggaran kemanusiaan.
Dokumen WUA menyerukan manusia untuk bersatu, menjamin keamanan satu sama lain, dan menghapus kelas mayoritas dan minoritas. Hal penting juga yang disebutkan dalam naskah tersebut bahwa agama tidak pernah menjadi kurir konflik atau pemantik rasa permusuhan, kebencian, kekerasan, dan pertumpahan darah.
Pada tahun 2021, dokumen tersebut disambut antusias oleh PBB. Hasilnya tanggal 4 Februari ditetapkan sebagai International Day of Human Fraternity. Penetapan ini didasari karena melihat urgensinya nilai-nilai yang terkandung dalam dokumen kemanusiaan tersebut untuk kemaslahatan manusia.
Grand Syekh Ahmad Thayyeb bersama Paus bersinergi untuk membangun kolaborasi dan kerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih baik, mengadakan dialog tidak hanya lintas agama tapi juga lintas bangsa. Perhatian besar yang diberikan Grand Syekh Ahmad Tayyeb terhadap isu kemanusiaan dan menghadirkan dunia yang jauh dari kekerasan telah menempatkan namanya di nomor 1 dari 500 Tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia. Prestasi tersebut ia terima dari The Royal Islamic Strategic Studies pada tahun 2018.
Hingga sekarang, Ahmad Thayyeb masih terlibat aktif dalam upaya perdamaian dunia khususnya antar agama dalam sebuah organisasi yang bernama Majelis Hukama Al-Muslimin (Muslim Council of Elders). Tiga tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh muslim yang tampil menyuarakan anti-kekerasan, membela hak-hak kemanusiaan untuk terus hidup aman, damai dan jauh daripada konflik. Penulis tidak menutup diri lebih banyak lagi tokoh muslim selain dari ketiganya yang ikut andil melawan kekerasan.