Pernahkah Anda mendengar pepatah Arab yang mengatakan:
الْوَقْتُ كَالسَّيْفِ، إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
“Waktu itu bagaikan pedang. Jika Anda tidak mampu menggunakannya, maka pedang tersebut akan memotongmu.”[1]
Ungkapan di atas begitu penting ketika mengibaratkan tentang bagaimana harga nilai jual waktu. Waktu seperti halnya intan yang tidak dapat dihitung nilai jualnya. Hal ini dikarenakan tidak ada yang mampu menggantikan posisi dari waktu itu sendiri. Ketika waktu telah berlalu, maka ia tidak bisa dikembalikan.
Dengan mengetahui bagaimana pentingnya waktu, sudah selayaknya kesempatan tersebut digunakan dengan sebaik-baiknya. Diharapkan dengan menggunakan waktu secara optimal, kita tidak menyesal di kemudian hari.
Akan tetapi disadari atau tidak, masih banyak orang yang lalai bahkan terbilang menyia-nyiakan waktu.
Alasan bagi orang-orang yang belum menyadari tentang pentingnya waktu, bisa jadi karena ia belum mengatahui tingginya derajat dari waktu tersebut. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa ada empat perkara yang tidak mungkin diketahui derajatnya kecuali dengan empat perkara yang lain.
أَرْبَعٌ لَا يُعْرَفُ قَدْرَهَا إِلَّا أَرْبَعَةٌ : لَا يُعْرَفُ قَدْرَ الْحَيَاةِ إِلَّا الْمَوْتَى ، وَلَا قَدْرَ الصِّحَةِ إِلَّا أَهْلَ السَّقَمِ ، وَلَا قَدْرَ الشَّبَابِ إِلَّا أَهْلَ الْهَرَمِ، وَلَا قَدْرَ الْغِنَى إِلَّا أَهْلَ الفَقْرِ
“Tidak diketahui derajatnya hidup kecuali dengan datangnya kematian. Tidak diketahui derajat sehat kecuali bagi orang-orang yang sakit. Tidak diketahui derajatnya masa muda kecuali datangnya masa tua dan tidak diketahui derajat kaya kecuali bagi orang-orang fakir.”[2]
Sehingga bisa disimpulkan bahwa orang-orang yang masih melalaikan dan menganggap remeh terhadap waktu adalah mereka yang belum mengetahui derajat agung ketika mendapatkan kesempatan untuk hidup.
Untuk mengetahui keutamaan waktu ini, coba saja Anda datang ke pemakaman dan berkata kepada orang-orang yang telah mati: “Apa yang Anda inginkan?” Mereka pasti menjawab: “Kami menginginkan kesempatan untuk hidup kembali, agar kami dapat bertaubat dan memperbaiki amal kami sebagai bekal kelak di akhirat.”
Dengan uraian ini, penulis ingin bertanya kepada pembaca, apakah Anda termasuk orang yang melalaikan waktu? Jika memang begitu, apakah Anda baru akan menyadari betapa pentingnya waktu setelah Anda mengalami kematian?
Baca juga: Islam, Kapitalisme dan Perampasan Ruang Hidup
Tonton juga: PRASANGKA | Short Film Of Grup Taks 2 Duta Damai Santri Jawa Timur
[1] Habib Zein bin Ibrahim, Al-Minhaj as-Shawi, (Jeddah: Daar al-Minhaj, th) 303.
[2] ‘Abdurrahman bin Umar Ba’alawy, Bughyah al-Mustarsyidin, (tt. Daar al-Fikr, th), 8.
Anggapan Pentingmu Terhadap Waktu Itu Salah yang Benar ini
Anggapan Pentingmu Terhadap Waktu Itu Salah yang Benar ini