Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 15 Jun 2024 06:38 WIB ·

Amalan Santri Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriyah


 Amalan Santri Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriyah Perbesar

Oleh: Ibnu Abbas

Umat Islam di seluruh dunia tak lama lagi akan menyambut bulan istimewa, yakni pergantian tahun berdasarkan kalender Islam, dari 1445 ke 1446 Hijriyah. Momen ini menjadi kesempatan baik untuk memperbanyak amal ibadah, baik amal ibadah syariat atau sosial.

Bagi kalangan para santri utamanya, seringkali menjadikan momen baik ini untuk meningkatkan ibadah sebagai pendukung aktivitas positif di pesantren. Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa setiap muslim disunnahkan untuk memperbanyak dzikir dan shadaqah sebagai implementasi ibadah syariat dan sosial. Santri pun bisa melakukan hal ini di pesantren.

Pengasuh Pesantren Al Husna Bukit Rajawali Pringsewu memberikan tips amalan yang bisa dilakukan para santri di pesantren di malam pergantian tahun hijriyah, yakni meminum air susu putih. Beliau juga sudah melakukan kegiatan minum susu bersama para santri saat menggelar mujahadah sambut awal tahun Hijriyah 1444 H pada pekan lalu.

Dikutip dari laman NU Online, beliau bersama para muridnya minum susu bersama setelah mujahadah sebagai bentuk tabarukan dan Tafa’ulan pada Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki yang setiap kali masuk 1 Muharram selalu membagikan susu kepada santri-santrinya.

Tak sekadar minum air susu putih, Kiai Hamid, begitu ia akrab disapa, untuk menambah keberkahan, ia meminta santrinya menulis Basmalah menggunakan bahasa Arab sebanyak 113 di tahun baru. Lafadz Basmalah ini ditulis dikertas polos dimulai setelah magrib atau muncul hilal (bulan muda) di malam bulan Muharram dan berakhir adzan besok malamnya.

Para santri menulisnya dalam keadaan suci, baik dari hadats kecil atau besar dan menulis dengan menghadap kiblat. Saat menulis tidak berbicara dengan siapapun dan berniat daf’ul bala (tolak balak), tahshin (benteng), dan jalbul manafi’ (memperoleh manfaat) dengan bertabarruk kepada ayat Al-Qur’an dan bulan yang dimuliakan, yaitu bulan Muharram.

Menurut Syekh Muhyiddin Zadah dalam kitab Hasyiyah Tafsir al-Baidhawiy juz 1 halaman 45, sebagaimana dikutip dari riwayat Khalifah Umar bin Abdul Aziz bahwa dalam menulis basmalah untuk menghormati dan memuliakan Al-Qur’an. Hendaknya dalam menulis dipanjangkannya huruf Ba (ب) dan (penjelas) dengan huruf Sin (س) dengan giginya dan bulatkan huruf Mim (م) dengan lubang ketika menulis bismillah (بسم الله).

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Strategi dan Cara Menemukan Perubahan Positif dalam Diri

11 November 2024 - 14:23 WIB

Hari Pahlawan: Menghargai Perjuangan, Menghidupkan Semangat Bangsa

11 November 2024 - 10:16 WIB

5 Tokoh Pemuda dalam Sejarah Sumpah Pemuda Indonesia

28 Oktober 2024 - 11:35 WIB

Sejarah Sumpah Pemuda dan Refleksinya

28 Oktober 2024 - 11:24 WIB

Trending di Suara Santri