Karir al-Ghazali terus berkembang sehingga ia ditunjuk oleh Nizamul Mulk untuk menjadi Rektor Universitas Nizamiyah. Namun, jabatan Rektor al-Ghazali tidak cukup lama, karena ia melanjutkan perjalanannya menuju Mekah pada tahun 1095 M untuk menunaikan ibadah haji.
Setelah melakukan ibadah haji, al-Ghazali pergi ke daerah Syam dan menetap sementara di kota Damaskus, hingga ia kembali ke kota asalnya Thus. Di Damaskuslah al-Ghazali menyelesaikan karyanya yang familiar Ihya’ Ulumuddin. Sebuah kitab yang memadukan antara ilmu fiqih dan tasawuf. Karya al-Ghazali yang satu ini telah menjadi kajian oleh umat Islam di seluruh dunia hingga sekarang.[1]
Sekembalinya al-Ghazali dari Damaskus ke daerahnya Thus, al-Ghazali membangun halaqah dengan fokus kajian tasawuf hingga ia wafat. Al-Ghazali wafat pada tahun 505 H (1111 M), yang bertepatan dengan usianya yang ke-55 tahun.
Terdapat pendapat lain yang mengungkap bahwa al-Ghazali wafat pada usia 54 tahun.[2] Sebelum wafatnya, al-Ghazali menekuni ilmu tentang kehidupan masyarakat. Ada pula yang mengatakan sedang belajar kitab Shahih Bukhari dan Sunan Abu Daud, dan pada saat meninggal, beliau ditemukan dalam kondisi memeluk kitab Sahih Bukhari. [3]
Baca juga: Rihlah al-Ghazali dan Penganugerahan Guru Besar dari Universitas Nizamiyah
Tonton juga: Bismillahirohmanirrohim, Launching “Duta Damai Santri Jawa Timur”
[1] Azyumardi Azra, dkk, Ensikopedi Islam 2, h. 27.
[2]Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2005), h. 209.
[3] Osman Bakar, Hierarki Ilmu, Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu Menurut al-Farabi, al-Ghazali dan Quthb al-Din al-Syirazi, (Bandung: Mizan, 2010), h. 210.
Kitab Shahih Bukhari dalam Pelukan al-Ghazali
Kitab Shahih Bukhari dalam Pelukan al-Ghazali