Oleh : Abdul Warits*
Dalam jiwa pemuda, penting ditanamkan dunia literasi sejak dini. Dunia literasi ini harus disemai sejak pemuda masih menginjakkan jejak petualangannya di dunia sekolah. Karenanya, membaca berbagai literasi—terutama karya sastra, pemahaman pers dan berita—harus menjadi prioritas utama dalam mencetak pemuda yang berintelektual.
Salah satu cara untuk mengembangkan intelektual pemuda adalah menumbuhkan semangat menulis. Sebab, jika seorang pemuda yang berstatus siswa telah membiasakan menulis, maka mereka akan terus membaca. Tulisan yang baik akan lahir dari proses membaca karya-karya yang berkualitas. Untuk seorang pemuda (siswa), membaca dan mendalami karya sastra (puisi, cerpen, novel) harus dikembangkan sejak bangku sekolah sebelum mereka menekuni dunia mahasiswa yang cenderung akademik dan ilmiah.
Ini musti dilakukan murni karena kesadaran dari masing-masing peserta didik. Terutama kesadaran guru bahasa Indonesia untuk membina, memotivasi dan memberikan rangsangan pengetahuan tentang literasi menggunakan bahasa Indonesia kepada anak didiknya agar lebih mendalami bahasa Indonesia secara baik sebagai salah satu bentuk rasa nasioanalisme yang ingin ditunjukkan untuk bangsa Indonesia.
Salah satu kegiatan kebahasaan yang inovatif, kreatif, dan bisa menunjang terhadap perkembangan kebahasaan peserta didik, terutama pengetahuan yang komprehensif terhadap bahasa Indonesia (tidak hanya abal-abal saja) adalah dengan membentuk komunitas-komunitas sastra yang berada dalam naungan sekolah. Komunitas sastra ini harus diisi dengan berbagai kegiatan kebahasaan seperti menulis puisi, cerpen, esai, dan berbagai karya lainnya serta bedah karya sesama teman dengan dikritisi. Ini musti dikawal dan didampingi oleh guru bahasa Indonesia atau kesiswaan secara baik.
Komunitas sastra ini menjadi salah satu sarana mengembangkan bahasa Indonesia karena di dalamnya akan dikaji secara mendalam tentang sastra, bahasa, dan berbagai hal yang berkaitan dengan bahasa Indonesia seperti kalimat, kata, dan intrumen lainnya. Bahasa Indonesia akan menjadi hidup di dalam komunitas Sastra yang digagas di sekolah . Di dalamnya, tidak hanya dipelajari tentang teori bahasa Bahasa Indonesia.
Seorang guru dan peserta didik juga ikut berpartisipasi dalam memparktikkannya seperti menulis puisi, cerpen, esai dan berbagai karya lainnya. Dengan adanya Komunitas Sastra ini, siswa akan berani untuk menunjukkan kemampuan menulisnya di Majalah dinding sekolah, Koran atau bahkan ikut berpartisipasi menyumbangkan karyanya di Majalah Sastra Horison rubrik Kaki Langit sebagai salah satu rubrik yang disediakan bagi siswa.
Dalam sejarah etos literasi dunia Islam, khususnya abad pertengahan, telah menjadi ruh umat Islam untuk terus mengembangkan pendidikan dan pengkajian secara ilmiah. Sejarah pun mencatat lembaga-lembaga pendidikan yang sangat bermutu seperti Darul ‘Ilmi (akademi sains) dan Baitul Hikmah.
Atmosfer literasi telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti Ibn Shina, Al-Khawarizm, Ibn Rusyd, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan lain-lain. Semangat anjuran perintah bacalah terbaca hasrat membangun sistem pendidikan bermutu, tersembul rumusan visi edukasi yang jelas, terbayangkan tafsir tentang hadirnya seluruh potensi yang diproyeksikan untuk mempercepat kemajuan bangsa dengan menyiapkan sumber daya insani melalui pendidikan.