Oleh : Abdul Warits*
Judul : Sunda Abad Ke-19
Penulis : Hawe Setiawan
Penerbit : Cantrik Pustaka
Cetakan : Maret, 2019
Tebal : 242 Halaman
ISBN : 978-602-0708-23-2
Sejarah adalah pelajaran paling bernilai untuk dikenang, diingat, dan direfleksikan kembali. Sejarah akan membuka kembali pengetahuan kita menjadi lebih berwawasan luas untuk mengembangkan segala hal apapun. Karenanya, dalam buku ini diungkapkan potensi tanah Sunda melalui penelitian seorang tokoh bernama Junghuhn.
Buku ini adalah penelitian yang dilakukan oleh penulisnya dengan mengangkat tokoh Junghuhn sebagai salah satu tokoh berpengaruh di pulau Jawa dan Sumatera, terutama di daerah Priangan, kawasan pegunungan yang sering tampak elok dalam gambar, tapi kerap terasa pahit dalam sejarah (hal. 20). Berkat penjelajahan dan peninggalan Junghuhn segala potensi tanah sunda berhasil “ditelanjangi” dengan intim dengan beragam potensi di dalamnya.
Junghuhn adalah ilmuwan belanda yang berhasil menjelajahi, menulis, juga menggambar tentang Hindia Timur. Ia menjelajahi dataran tinggi di Sumatera dan Jawa, membuat catatan tentang lanskapnya, membuat peta topografi, dan membuat gambar ilustrasi (hal.40). Tak ayal, jika ia dikenal sebagai pendaki dan peneliti gunung merapi di pulau Jawa yang paling terkenal sehingga mendapatkan gelar “humbold van Java” (hal. 45).
Selain itu, beberapa ilmuwan lainnya memberikan gelar kepada Franz Junghuhn sebagai dokternya alam (nature’s physician). Keunikannya dalam meneliti alam dibuktikan dengan gambar atau ilustrasi yang berhasil diciptakannya dan analisisnya benar benar menjadi kenyataan. Junghuhn telah berhasil mengamati segala jenis bebatuan, tumbuhan, binatang, udara, keindahan, dan bertemu banyak orang dengan budayanya selama dalam penjelahannya.
Setelah itu, ia merenungkan, meresapi, mencatat, menggambar, difoto, dan ditulis sebab musababnya, proses pembentukannya, kandungan mineralnya, manusianya, peninggalan budayanya. Dan hingga kini penemuan penelitiannya layak menjadi sebuah sejarah yang tidak boleh dilupakan begitu saja oleh masyarakat Indonesia. Patutlah untuk diapresiasi dalam mengembangkan kualitas tanah Indonesia menjadi lebih produktif.
Berdasarkan kepada penjelajahannya dalam meneliti alam bahwa iklim di daerah tropis dipengaruhi oleh ketinggian tempat sehingga tingkat kesuburannya sangat maksimal untuk ditanami berbagai macam tumbuhan. Ia tidak hanya menghasilkan anggapan-anggapan. Akan tetapi, ia menguji segala anggapannya dengan beberapa ilustrasi yang bisa dipercaya untuk melihat sejarah masa silam bumi Jawa.
Junghuhn membagi iklim di daerah tropis ke dalam empat tingkatan yaitu daerah panas cocok untuk ditanami padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa dan cokelat. Sedangkan di daerah sedang cocok untuk ditanami padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran. Sementara, di daerah sejuk cocok ditanami teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran. Di daerah dingin tidak baik untuk tanaman budidaya. Karena sejarah pada masa lalu bisa saja menjadi wawasan untuk mengembangkan bumi nusantara sesuai dengan potensinya masing-masing.
Buku ini menjadi sebuah tafsir sejarah atas llustrasi Junghuhn di daerah Sunda pada abad ke-19. Kekayaan penelitian di dalamnya bisa dibuktikan secara rasional mengunakan data-data dan gambar sehingga menjadi solusi paling ampuh mengembangkan potensi Sunda yang lama terpendam.