Oleh: Abdul Warits
Jawa Timur, dengan keragaman budaya dan tradisinya, menyimpan berbagai kearifan lokal yang mengajarkan nilai-nilai perdamaian dan toleransi.
Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi media untuk memperkuat harmoni sosial di tengah keberagaman agama, suku, dan budaya.
Berikut adalah 5 tradisi kearifan lokal di Jawa Timur yang sarat akan nilai perdamaian dan toleransi:
1. Ruwatan Sukerto
Ruwatan adalah tradisi yang bertujuan untuk membersihkan diri atau komunitas dari kesialan dan energi negatif. Dalam Ruwatan Sukerto, yang sering diadakan di berbagai daerah di Jawa Timur seperti Malang dan Mojokerto, masyarakat lintas agama dan kepercayaan dapat berpartisipasi. Upacara ini melibatkan doa bersama, pembacaan mantra, dan pertunjukan wayang kulit. Nilai perdamaian tercermin dari semangat gotong royong dan penghormatan terhadap kepercayaan masing-masing peserta.
2. Grebeg Suro
Tradisi Grebeg Suro, yang terkenal di Ponorogo, adalah perayaan Tahun Baru Islam (1 Muharram). Salah satu bagian utamanya adalah Festival Reog Ponorogo. Tradisi ini menjadi simbol persatuan masyarakat, karena melibatkan berbagai elemen masyarakat tanpa memandang latar belakang agama atau suku. Semangat toleransi terlihat dari kolaborasi antara berbagai kelompok seni dan budaya dalam festival ini, menciptakan ruang inklusif yang merayakan keberagaman.
3. Sedekah Bumi
Sedekah Bumi adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat agraris di Jawa Timur, seperti di Lamongan dan Tuban, untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen. Ritual ini mencakup doa bersama, kenduri, dan pembagian makanan kepada seluruh warga tanpa memandang agama atau status sosial. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai solidaritas, kerukunan, dan penghormatan terhadap alam sebagai anugerah Tuhan.
4. Larung Sesaji
Tradisi Larung Sesaji, yang populer di daerah pesisir seperti Banyuwangi dan Jember, adalah ritual melarung sesajen ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan rasa syukur kepada Tuhan. Upacara ini melibatkan komunitas lintas agama dan etnis yang tinggal di daerah pesisir. Larung Sesaji mencerminkan harmoni antara manusia dan alam serta antarumat manusia, karena semua pihak terlibat dalam pelaksanaan dan perayaan tradisi ini.
5. Yadnya Kasada
Yadnya Kasada adalah tradisi masyarakat Tengger di kawasan Gunung Bromo. Ritual ini merupakan persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa sebagai ungkapan syukur dan penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini unik karena masyarakat Tengger, yang sebagian besar beragama Hindu, membuka ruang bagi siapa saja untuk menyaksikan atau berpartisipasi dalam ritual ini. Kehadiran umat dari berbagai agama dalam perayaan Yadnya Kasada menunjukkan bagaimana tradisi lokal dapat menjadi media perdamaian dan toleransi lintas agama.
Nilai Perdamaian dan Toleransi dalam Tradisi Kearifan Lokal
Tradisi-tradisi kearifan lokal di Jawa Timur mengajarkan beberapa nilai penting yang mendukung perdamaian dan toleransi, antara lain:
1. Gotong Royong: Semua elemen masyarakat bekerja sama dalam mempersiapkan dan menjalankan tradisi.
2. Inklusivitas: Tradisi membuka ruang bagi siapa saja, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial.
3. Kesetaraan: Semua peserta, baik kaya maupun miskin, memiliki peran yang sama dalam tradisi.4. Penghormatan terhadap Alam: Banyak tradisi mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan alam sebagai bentuk tanggung jawab kolektif.5. Dialog Antarbudaya: Tradisi menjadi ruang bertemunya berbagai kelompok untuk saling memahami dan menghormati perbedaan.
Lima tradisi kearifan lokal di Jawa Timur, seperti Ruwatan Sukerto, Grebeg Suro, Sedekah Bumi, Larung Sesaji, dan Yadnya Kasada, membuktikan bahwa nilai perdamaian dan toleransi telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat. Tradisi-tradisi ini tidak hanya melestarikan identitas budaya, tetapi juga menjadi fondasi penting untuk menciptakan harmoni sosial di tengah keberagaman. Dengan menjaga dan mempromosikan kearifan lokal, masyarakat Jawa Timur dapat terus menjadi contoh bagaimana budaya lokal dapat berkontribusi dalam membangun perdamaian dunia.