Menu

Mode Gelap
Sikap Toleransi Beragama bagi Seorang Muslim Pada Hari Raya Natal Mengenal Mahatma Gandhi, Tokoh Perdamaian idola Gusdur Gus Dur Pemimpin yang Membawa Perubahan di Indonesia Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital

Ruang Tokoh · 24 Des 2024 06:18 WIB ·

Tiga Warisan Emas Pesantren Menurut KH Said Aqil Siroj


 Foto diambil dari chanel TV9 Perbesar

Foto diambil dari chanel TV9

Dalam puncak acara haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-15 yang berlangsung di Pondok Pesantren Tebuireng pada Ahad (22/12/2024), KH Said Aqil Siroj, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menjelaskan tiga warisan berharga dari pesantren. Ketiga warisan tersebut adalah social capital, culture capital, dan symbolic capital.

1. Social Capital
Social capital atau modal sosial adalah kekayaan pesantren yang tercermin dari partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kegiatan keagamaan. KH Said Aqil mencontohkan, acara haul Gus Dur dihadiri oleh banyak orang tanpa adanya paksaan, melainkan atas dasar kesadaran dan inisiatif mereka sendiri. Hal ini menunjukkan kuatnya ikatan masyarakat dengan pesantren sebagai tempat mencari berkah dan hikmah dari para ulama. “Merawat hubungan baik dengan masyarakat ini penting, karena partisipasi besar ini adalah warisan luar biasa dari pesantren,” ujarnya.

2. Culture Capistrong
Culture capital atau modal budaya terletak pada ilmu pengetahuan yang diwariskan di pesantren. Tradisi belajar dari kitab-kitab turats yang ditinggalkan oleh para salafussaleh menjadi nilai sakral yang harus dilestarikan. KH Said Aqil menekankan pentingnya menjaga eksistensi kitab-kitab klasik ini sebagai sumber kekayaan intelektual pesantren yang tidak tergantikan.

3. Symbolic Capistrong
Symbolic capital atau modal simbolik adalah identitas pesantren yang melekat pada simbol-simbol tertentu, seperti penggunaan kopiah dan sarung saat shalat, atau bedug sebagai penanda waktu shalat di Indonesia. Meskipun bukan kewajiban agama, simbol-simbol ini menjadi bagian dari kebanggaan dan identitas santri yang harus terus dijaga. “Simbol-simbol ini adalah warisan dari ulama terdahulu yang memperkuat identitas pesantren di negeri ini,” jelasnya.

KH Said Aqil menutup penjelasannya dengan menegaskan bahwa ketiga warisan ini menjadi kekayaan unik yang memberikan kehormatan bagi siapa saja yang hidup dan besar di lingkungan pesantren. Modal sosial, budaya, dan simbolik ini tidak hanya menjadi aset bagi pesantren, tetapi juga memperkuat keberadaan pesantren dalam masyarakat.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

Baca Lainnya

Teladan Gus Dur: Pelopor Harmonisasi Agama dan Bangsa Indonesia

6 Januari 2025 - 16:59 WIB

Mencari Tapak Jejak Gus Dur: Meneladani Sang Guru Bangsa

6 Januari 2025 - 13:59 WIB

5 Ulama Bicara Tantangan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia Tahun 2025

6 Januari 2025 - 13:48 WIB

5 Tokoh Bicara Tantangan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia Tahun 2025

6 Januari 2025 - 13:40 WIB

Asal-Usul Kalimah terkenal GusDur : Tuhan Tak Perlu Dibela

27 Desember 2024 - 18:56 WIB

GusDur Diadili Para Kiai : Kutipan Buku Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi

26 Desember 2024 - 07:34 WIB

Trending di Ruang Tokoh