Menu

Mode Gelap
Sikap Toleransi Beragama bagi Seorang Muslim Pada Hari Raya Natal Mengenal Mahatma Gandhi, Tokoh Perdamaian idola Gusdur Gus Dur Pemimpin yang Membawa Perubahan di Indonesia Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital

Ruang Tokoh · 22 Des 2024 17:45 WIB ·

7 Nalar Moderat Gus Dur Menurut Buya Husein Muhammad


 7 Nalar Moderat Gus Dur Menurut Buya Husein Muhammad Perbesar

Pada tanggal 20 Desember 2024, dalam acara bedah majalah yang digelar di Gedung Yusuf Hasyim lantai 3, Pesantren Tebuireng, Buya Husein Muhammad, seorang pemikir Islam dan sahabat dekat Gus Dur, menyampaikan refleksinya tentang tujuh prinsip nalar moderat yang dipegang oleh Gus Dur. Buya Husein menggambarkan Gus Dur sebagai seorang Darwish, ulama, dan pemikir yang melampaui zamannya, yang senantiasa mengedepankan keadilan, kasih sayang, dan dialog dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan.

Menurut Buya Husein, Gus Dur adalah tokoh yang memiliki pandangan yang sangat terbuka terhadap perbedaan, kritis terhadap tafsir tunggal, dan menolak segala bentuk kekerasan. Refleksi ini diperoleh Buya Husein dari pengalaman belajar, berdiskusi, dan mendampingi Gus Dur, termasuk saat mengaji kitab Uqudullujjain fi Bayani Huquq al-Zawjain di kediaman beliau. Berikut adalah tujuh nalar moderat Gus Dur yang dirumuskan oleh Buya Husein Muhammad:

1. Menghormati Perbedaan Pendapat
الْعَقْلُ الْوَسَطِي عَقْلٌ يَفْتَحُ مَجَالًا لِاخْتِلَافِ الْأَرَاءِ
Nalar moderat adalah nalar yang memberi ruang bagi yang lain untuk berbeda pendapat.
Gus Dur selalu memberi ruang kepada siapa pun untuk memiliki pandangan yang berbeda. Baginya, perbedaan adalah kekayaan yang memperkaya pemikiran bersama.

2. Menghargai Pilihan dan Keyakinan Orang Lain
الْعَقْلُ الْوَسَطِي عَقْلٌ يَحْتَرِمُ اعْتِقَادَاتِ وَاخْتِيَارَاتِ وَقَرَارَاتِ النَّاسِ فِي الْحَيَاةِ
Nalar moderat adalah menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang.
Dalam kehidupan, setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup dan keyakinannya. Gus Dur senantiasa menghormati keputusan tersebut tanpa memandangnya secara sempit.

3. Tidak Mengklaim Kebenaran Absolut
الْعَقْلُ الْوَسَطِي لَا يَرَى أَنَّ الصَّوَابَ كُلَّهُ فِي رَأْيِهِ وَالْخَطَاءَ كُلَّهُ فِي رَأْيِ غَيْرِهِ
Nalar moderat tidak mengabsolutkan kebenaran sendiri sambil memutlakkan kesalahan pendapat orang lain.*
Gus Dur tidak pernah menganggap bahwa pendapatnya adalah satu-satunya yang benar, apalagi menegasikan pandangan orang lain. Ia selalu membuka ruang dialog untuk mencari kebenaran bersama.

4. Menolak Kekerasan atas Nama Apa pun
الْعَقْلُ الْوَسَطِيُّ لَا وَلَنْ يَقْبَلَ الْعُنْفَ أَيًّا كَانَ سَبَبُه
Nalar moderat tidak pernah membenarkan tindakan kekerasan atas nama apa pun.
Segala bentuk kekerasan, baik fisik maupun simbolik, tidak pernah dibenarkan oleh Gus Dur. Baginya, kekerasan bertentangan dengan prinsip dasar kemanusiaan.

5. Menolak Tafsir Tunggal atas Teks
الْعَقْلُ الْوَسَطِي يَرْفُضُ التَّفْسِيرَ الْوَحِيدَ لِلنَّصِ، فَالنَّصُّ دَائِمًا يَحْتَمِلُ التَّفَاسِيرَ وَالْمَعَانِيَ الْمُتَنَوِّعَةَ
Nalar moderat menolak pemaknaan tunggal atas suatu teks. Setiap teks selalu mungkin untuk ditafsirkan secara beragam.*
Gus Dur menegaskan bahwa teks agama selalu memiliki banyak tafsir sesuai konteksnya. Oleh karena itu, ia menolak pendekatan yang memaksakan satu tafsir sebagai yang paling benar.

6. Terbuka terhadap Kritik yang Konstruktif
الْعَقْلُ الْوَسَطِي يَفْتَحُ دَائِمًا مَجَالًا لِلنِّقَاشِ وَالنَّقْدِ الْبَنَّاءِ
Nalar moderat selalu terbuka untuk kritik yang konstruktif.
Kritik yang membangun selalu diterima oleh Gus Dur sebagai bagian dari proses pembelajaran. Ia menganggap kritik sebagai cerminan kasih sayang dan kepedulian.

7. Mengedepankan Keadilan dan Kemashlahatan Bersama
الْعَقْلُ الْوَسَطِي يَسْعَى دَائِمًا إِلَى فِكْرَةٍ قَائِمَةٍ عَلَى مَبْدَأِ الْعَدْلِ وَالْمَصْلَحَةِ الْجَمَاعِيَّةِ
Nalar moderat selalu mencari pandangan yang adil dan maslahat bagi kehidupan bersama.
Dalam setiap keputusan atau kebijakan, Gus Dur selalu mempertimbangkan aspek keadilan dan kemanfaatan bersama. Prinsip ini menjadi dasar dari segala tindakannya.

Dalam penutup refleksinya, Buya Husein menegaskan bahwa tujuh nalar moderat ini tidak hanya relevan dalam konteks kepemimpinan Gus Dur, tetapi juga menjadi panduan bagi siapa pun yang ingin menghidupkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Artikel ini telah dibaca 25 kali

Baca Lainnya

Teladan Gus Dur: Pelopor Harmonisasi Agama dan Bangsa Indonesia

6 Januari 2025 - 16:59 WIB

Mencari Tapak Jejak Gus Dur: Meneladani Sang Guru Bangsa

6 Januari 2025 - 13:59 WIB

5 Ulama Bicara Tantangan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia Tahun 2025

6 Januari 2025 - 13:48 WIB

5 Tokoh Bicara Tantangan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia Tahun 2025

6 Januari 2025 - 13:40 WIB

Asal-Usul Kalimah terkenal GusDur : Tuhan Tak Perlu Dibela

27 Desember 2024 - 18:56 WIB

GusDur Diadili Para Kiai : Kutipan Buku Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi

26 Desember 2024 - 07:34 WIB

Trending di Ruang Tokoh