Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Ruang Tokoh · 29 Sep 2024 20:56 WIB ·

Biografi Kiai Pesantren di Jawa Timur: Penggerak Pendidikan Islam dan Pembangunan Sosial


 Biografi Kiai Pesantren di Jawa Timur: Penggerak Pendidikan Islam dan Pembangunan Sosial Perbesar

Oleh : Abdul Warits 

Jawa Timur dikenal sebagai pusat pesantren di Indonesia, dengan ribuan pesantren tersebar di seluruh provinsi ini. Salah satu faktor penting dalam berkembangnya pesantren di Jawa Timur adalah peran para kiai yang menjadi tokoh sentral dalam pendidikan agama dan pembinaan moral santri.

Para kiai tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga sebagai pemimpin sosial yang berpengaruh dalam komunitas lokal dan nasional. Dalam esai ini, akan dibahas biografi singkat beberapa kiai pesantren di Jawa Timur yang telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan pesantren dan pendidikan Islam di Indonesia.

1. KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947)

KH. Hasyim Asy’ari adalah salah satu ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam di Indonesia. Lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 14 Februari 1871, KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 1899, yang kemudian menjadi salah satu pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.

Di Tebuireng, KH. Hasyim Asy’ari mengembangkan metode pengajaran yang menekankan keseimbangan antara ilmu agama dan pengetahuan umum, serta mengajarkan pentingnya keterlibatan aktif dalam kehidupan sosial-politik.

Sebagai pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari juga berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Melalui fatwa jihadnya pada tahun 1945, ia mendorong umat Islam untuk berjuang melawan penjajahan dan mendukung berdirinya negara Republik Indonesia.

Kiai Hasyim Asy’ari dikenal dengan pendekatannya yang moderat, toleran, dan progresif dalam mengajarkan Islam, serta dengan semangat untuk membangun persatuan umat.

2. KH. Wahab Chasbullah (1888-1971)

KH. Abdul Wahab Chasbullah lahir di Tambakberas, Jombang, pada tahun 1888. Ia merupakan murid langsung KH. Hasyim Asy’ari dan merupakan salah satu ulama yang juga turut mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) bersama gurunya. KH. Wahab Chasbullah mendirikan Pondok Pesantren Bahrul Ulum di Tambakberas, Jombang, yang juga dikenal sebagai salah satu pesantren besar di Jawa Timur.

KH. Wahab dikenal sebagai ulama yang sangat peduli dengan peran pemuda dalam dakwah dan pendidikan Islam. Ia juga aktif dalam pergerakan kebangsaan dan nasionalisme, terutama melalui keterlibatannya dalam organisasi Syubbanul Wathan yang bertujuan menumbuhkan semangat cinta tanah air di kalangan pemuda Muslim. Salah satu warisannya yang paling dikenal adalah perannya dalam menumbuhkan semangat jihad di kalangan umat Islam untuk melawan penjajah Belanda.

KH. Wahab juga dikenal dengan kemampuannya dalam berdiplomasi dan berorganisasi, di mana ia memainkan peran penting dalam menggerakkan NU sebagai kekuatan politik dan sosial yang berpengaruh di Indonesia.

3. KH. Ahmad Siddiq (1926-1991)

KH. Ahmad Siddiq adalah ulama asal Jember, Jawa Timur, yang juga memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pesantren dan NU. Lahir pada tahun 1926, KH. Ahmad Siddiq berasal dari keluarga ulama terkemuka di Jember. Dia menjadi pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyah yang didirikan oleh keluarganya.

Salah satu pemikiran penting KH. Ahmad Siddiq adalah mengenai konsep hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Dia mempertegas hubungan antara Islam dan nasionalisme dalam konteks Indonesia, sebuah pandangan yang sangat relevan dengan kondisi sosial-politik negara ini yang plural dan majemuk.

KH. Ahmad Siddiq juga dikenal karena gagasannya tentang Islam Nusantara, yang menekankan bahwa Islam di Indonesia harus berakar pada budaya lokal dan nilai-nilai kebangsaan. Pandangan ini menjadi landasan penting dalam mengembangkan pemahaman Islam yang toleran, inklusif, dan damai di Indonesia. Melalui NU, ia berperan besar dalam memperkuat posisi Islam moderat di Indonesia dan menegaskan pentingnya harmoni antara Islam dan kebhinekaan.

4. KH. Bisri Syansuri (1886-1980)

KH. Bisri Syansuri adalah salah satu kiai terkemuka yang berasal dari Denanyar, Jombang. Ia adalah salah satu murid KH. Hasyim Asy’ari dan juga mertua dari KH. Wahid Hasyim, ayah Gus Dur. KH. Bisri Syansuri adalah pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, yang hingga kini menjadi salah satu pesantren terkemuka di Jawa Timur.

KH. Bisri Syansuri dikenal sebagai ulama yang mendalami ilmu fikih, dan ia menjadi salah satu tokoh yang membentuk dasar-dasar hukum Islam di lingkungan NU. Selain mengajar, ia juga aktif dalam dunia politik, terutama dalam memperjuangkan kepentingan umat Islam di masa kemerdekaan Indonesia.

Sebagai tokoh yang sangat dihormati, KH. Bisri Syansuri sering diundang untuk memberikan pandangan dan fatwa terkait berbagai masalah keagamaan yang dihadapi umat Islam. Beliau juga berperan besar dalam mengembangkan kurikulum pesantren yang menyeimbangkan antara ilmu agama dan pengetahuan umum, menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

5. KH. Asep Saifuddin Chalim (1950-sekarang)

KH. Asep Saifuddin Chalim merupakan kiai kontemporer yang dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai kiai yang memiliki pandangan modern tentang pendidikan pesantren, dengan menggabungkan kurikulum pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern dan teknologi.

KH. Asep Saifuddin Chalim berusaha menciptakan lulusan pesantren yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga siap bersaing di tingkat nasional dan internasional. Di bawah kepemimpinannya, Pondok Pesantren Amanatul Ummah berkembang pesat dan dikenal dengan prestasi akademis yang luar biasa. KH. Asep juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan filantropi, mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan yayasan sosial yang membantu masyarakat miskin dan kurang mampu.

Para kiai pesantren di Jawa Timur, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah, KH. Ahmad Siddiq, KH. Bisri Syansuri, dan KH. Asep Saifuddin Chalim, adalah tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam membangun fondasi pendidikan Islam di Indonesia.

Mereka tidak hanya mendirikan dan mengembangkan pesantren sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga turut serta dalam perjuangan sosial, politik, dan kebangsaan.

Melalui peran mereka, pesantren di Jawa Timur telah menjadi pusat pendidikan yang tidak hanya mencetak ulama-ulama besar, tetapi juga pemimpin-pemimpin yang berpengaruh dalam membentuk masa depan bangsa.

Gagasan-gagasan mereka tentang pentingnya pendidikan, keadilan sosial, nasionalisme, dan moderasi Islam masih relevan hingga saat ini, menjadikan pesantren sebagai salah satu pilar penting dalam kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia.

Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Gagasan Gus Dur dan Relevansinya dengan Pesantren

29 September 2024 - 20:46 WIB

Ini Daftar 17 Pahlawan Indonesia asal Jawa Timur

29 Agustus 2024 - 23:06 WIB

Istimewa! Berikut Daftar 22 Ulama Nusantara yang Dimakamkan di Jannatul Ma’la

28 Agustus 2024 - 15:11 WIB

Biografi Syekh Mahfudz At-Tarmasi

28 Agustus 2024 - 14:32 WIB

Nasionalisme Syekh Nawawi Al-Bantani dan Pengabdiannya di Masjidil Haram

28 Agustus 2024 - 13:19 WIB

Mengenal Syekh Nawawi Al-Bantani, Ulama Indonesia yang Mendunia

27 Agustus 2024 - 20:13 WIB

Trending di Ruang Tokoh