Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 22 Sep 2024 14:04 WIB ·

Peran Perempuan Muslim dalam Kepemimpinan: Menggali Kembali Ajaran Islam tentang Keadilan Gender


 Peran Perempuan Muslim dalam Kepemimpinan: Menggali Kembali Ajaran Islam tentang Keadilan Gender Perbesar

Oleh : Erik Setiawan 

Kepemimpinan perempuan dalam Islam selalu menjadi topik perdebatan yang hangat, baik di kalangan Muslim maupun non-Muslim. Meski dalam banyak masyarakat Muslim peran perempuan sebagai pemimpin sering diperdebatkan, ajaran Islam sesungguhnya memberikan ruang yang signifikan bagi perempuan untuk berperan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kepemimpinan. Hal ini ditegaskan dalam sejarah Islam, di mana perempuan telah memainkan peran penting di masa Rasulullah SAW dan sesudahnya. Untuk memahami kedudukan perempuan dalam Islam secara lebih jelas, penting untuk menggali kembali ajaran Islam tentang keadilan gender dan peran perempuan.

Sejarah Islam mencatat peran penting perempuan dalam berbagai bidang, baik sosial, politik, maupun ekonomi. Salah satu tokoh perempuan terkemuka adalah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad SAW. Khadijah adalah seorang pengusaha sukses dan sangat dihormati di kalangan masyarakat Makkah. Dia tidak hanya mendukung Rasulullah dalam dakwahnya, tetapi juga menjadi penasihat dan pelindung beliau. Kisah Khadijah menunjukkan bahwa Islam tidak pernah melarang perempuan untuk berkiprah di ranah publik, bahkan untuk memimpin dan mengambil keputusan strategis.

Selain Khadijah, ada juga Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah yang terkenal sebagai ulama dan perawi hadis. Aisyah memberikan kontribusi besar dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan ajaran Islam. Banyak hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah menjadi pedoman bagi umat Muslim hingga hari ini. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkannya, Rasulullah SAW bersabda:

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي

Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.(HR. Tirmizi)

Hadis ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai kedudukan perempuan dan mendorong perlakuan yang adil serta penuh kasih kepada mereka.

Keadilan Gender dalam Islam

Islam mengajarkan prinsip keadilan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam hal gender. Salah satu ayat yang sering dijadikan rujukan adalah Surah Al-Hujurat ayat 13, di mana Allah SWT berfirman:

– “يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ”
(“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”)

Ayat ini menekankan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak didasarkan pada jenis kelamin atau asal usul, melainkan pada ketakwaannya. Dalam pandangan Islam, baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi yang sama untuk mencapai kemuliaan di sisi Allah dan berkontribusi pada masyarakat. Keadilan gender dalam Islam berarti memberikan hak dan tanggung jawab sesuai dengan kapasitas individu, tanpa membedakan berdasarkan gender.

Kepemimpinan Perempuan dalam Islam

Salah satu perdebatan yang sering muncul dalam dunia Islam adalah mengenai apakah perempuan dapat menjadi pemimpin, khususnya dalam ranah publik. Beberapa ulama klasik berpendapat bahwa perempuan tidak boleh menjadi pemimpin politik atau pemimpin agama, dengan mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, di mana Rasulullah SAW bersabda:

– “لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً”
(“Suatu kaum tidak akan beruntung jika mereka menyerahkan urusan mereka kepada seorang perempuan.”) [HR. Bukhari]

Namun, banyak ulama kontemporer yang berpendapat bahwa hadis ini harus dipahami dalam konteks sejarahnya, di mana peristiwa itu merujuk pada kejadian tertentu di masa Rasulullah, bukan sebagai larangan mutlak bagi perempuan untuk menjadi pemimpin. Lebih jauh lagi, mereka menekankan bahwa Al-Qur’an tidak secara eksplisit melarang perempuan untuk memegang peran kepemimpinan. Sebaliknya, sejarah Islam mencatat bahwa perempuan sering kali mengambil posisi kepemimpinan, baik dalam konteks politik maupun keilmuan.

Sebagai contoh, Ratu Balqis yang disebutkan dalam Surah An-Naml adalah seorang ratu yang memimpin kaumnya dengan bijaksana. Ketika dia menerima surat dari Nabi Sulaiman AS, dia tidak serta-merta menolak atau melawan, melainkan bermusyawarah dengan kaumnya dan akhirnya memeluk Islam. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak melarang perempuan untuk memegang jabatan kepemimpinan, asalkan mereka mampu menjalankan tugas tersebut dengan baik dan adil.

Pemimpin Perempuan di Era Modern

Di era modern, banyak perempuan Muslim yang berhasil menempati posisi kepemimpinan di berbagai bidang, baik di pemerintahan, pendidikan, maupun organisasi masyarakat. Misalnya, Benazir Bhutto dari Pakistan dan Sheikh Hasina dari Bangladesh adalah contoh perempuan Muslim yang telah memimpin negara mereka sebagai perdana menteri. Dalam dunia pendidikan, kita juga melihat tokoh-tokoh perempuan Muslim seperti Malala Yousafzai yang berjuang untuk hak-hak pendidikan bagi perempuan di Pakistan.

Buku Women and Gender in Islam karya Leila Ahmed mengulas sejarah perempuan dalam Islam dan menunjukkan bahwa tradisi Islam memiliki akar yang kuat dalam mendukung peran aktif perempuan di ruang publik. Ahmed berargumen bahwa banyak interpretasi yang menyudutkan perempuan adalah hasil dari pengaruh budaya dan patriarki yang berkembang di luar ajaran dasar Islam.

Islam memberikan ruang yang luas bagi perempuan untuk berperan sebagai pemimpin, baik di ranah pribadi maupun publik. Sejarah Islam mencatat kontribusi besar perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga politik. Keadilan gender dalam Islam bukan berarti menyamakan peran laki-laki dan perempuan secara mutlak, tetapi memberikan hak dan tanggung jawab yang sesuai dengan kapasitas mereka. Di tengah dunia modern yang terus berkembang, perempuan Muslim memiliki kesempatan besar untuk berkontribusi dalam kepemimpinan, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan yang diajarkan oleh Islam.

Artikel ini telah dibaca 30 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri