Oleh: Tsabit Habibi
Kisah santri miskin Naik Haji karena taati Guru Salah satu kisah yang menarik dalam Ha’ula Masyayikhuna ini adalah tentang balasan bagi murid yang taat dan tidak taat kepada guru.
Diceritakan dalam kitab ini (hal. 15), Syaikhuna Kholil atau Mbah Kholil Bangkalan, adalah maha guru para ulama Nusantara yang mempunyai santri dari berbagai macam latar belakang. Suatu hari, Mbah Kholil ingin menguji ketaatan dari dua orang santri yang latar belakang finansial keluarganya berbeda. Santri pertama berasal dari keluarga kurang mampu (miskin), santri kedua dari keluarga serba kecukupan (kaya).
Santri yang kurang mampu tersebut mendapat jatah pertama dipanggil oleh Mbah Kholil. Saat sudah di hadapannya, beliau menguji santri miskin ini dengan berkata:
“Wahai anakku, aku berkeinginan agar engkau melaksanakan ibadah haji pada tahun ini.” ujar Mbah Kholil. Tanpa berpikir panjang, sang santri miskin ini pun langsung menjawab seraya sendiko dawuh. “Baik, saya akan melaksanakannya wahai guruku,” jawabnya.
Santri yang miskin ini tetap taat terhadap perintah sang guru meskipun ia sadar, sebenarnya ia tidak mempunyai uang yang cukup untuk menunaikan ibadah haji. Keesokan harinya, Mbah Kholil memanggil santri kedua yang keluarganya kaya. Beliau menyodorkan kepadanya perintah yang sama seperti pada santri yang miskin sebelumnya.
Mendengar perintah dari Mbah Kholil untuk melaksanakan ibadah haji, sang santri kaya ini merasa keberatan seraya berkata:
“Wahai guru, perjalanan menuju Tanah Suci sangatlah jauh dan membutuhkan biaya yang cukup besar, sedangkan saya merasa tidak mampu.”
Di akhir cerita, meski santri miskin secara lahir tidak mempunyai uang cukup untuk berangkat haji, namun berkah menaati perintah guru (sendiko dawuh), ia akhirnya dapat melaksanakan ibadah haji pada tahun itu bahkan pada tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan santri kedua yang kaya tersebut, meski secara lahir mempunyai uang yang cukup untuk berangkat haji, namun akibat tidak menaati perintah guru, akhirnya sampai ia wafat pun tidak bisa menunaikan ibadah haj
Pada Bab Kedua, kitab ini memaparkan kisah-kisah tentang candaan dan guyonan para ulama Nusantara. Para ulama, utamanya ulama Nusantara, seringkali melemparkan jokes untuk mempermudah dalam berdakwah di tengah masyarakat. Dalam bab kedua ini ada sekitar enam cerita yang mengisahkan guyonan para ulama Nusantara.