Santrikeren.id– Kepala BNPT, Mohammed Rycko Amelza Dahniel mengatakan saat ini terjadi peningkatan konsolidasi radikalisasi bawah tanah dengan target perempuan, anak dan remaja. Meskipun di level permukaan tren aksi terorisme di Indonesia mengalami penurunan 100 persen atau zero terrorist attack pada 2023-2024.
Namun, kata dia, adanya perubahan pola serangan dari “keras” menjadi pendekatan “lembut”.
“Fenomena ini menunjukkan terjadinya perubahan tren serangan terorisme di Indonesia dari hard, menuju soft approach of attack. Yang pertama terjadi peningkatan konsolidasi sel teror yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah pelaku yang ditangkap dan jumlah barang bukti yang disita, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Yang kedua terjadi peningkatan fundraising atau pengumpulan dana secara ilegal, baik konvensional maupun digital. Terjadi peningkatan proses radikalisasi dengan target tertinggi pada perempuan, anak dan remaja yang notabenenya mereka adalah generasi muda penerus bangsa,” ujar Rycko dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR RI, Senin (10/6/2024).
Kepala BNPT mengatakan, menurut data BNPT, pada 2023 terjadi migrasi radikalisasi di kalangan remaja dari kelompok toleran aktif sebesar lima persen. Pada kategori remaja terpapar juga meningkat dari 0,3 persen menjadi 0,6 persen.
“Meski peningkatan hanya satu digit, namun bila tidak ditangani dengan efektif dan komprehensif kondisi ini bisa menjadi masalah besar di masa mendatang. Karena bahan baku utama radikal adalah intoleransi,” kata Rycko.
Karena itu, Rycko menyebut, dalam Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE), pihaknya menyusun tujuh program prioritas yang empat di antaranya khusus melindungi perempuan, anak dan remaja.
Selain itu, ia juga mengungkapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi proposal penanggulangan terorisme pada anak dan perempuan untuk dijadikan model dan aturan dunia.
Rycko juga melaporkan, secara global Indonesia berada pada peringkat 31 dalam indeks terorisme global tahun 2024 dengan kategori dampak terorisme yang rendah. Itu mengalami perbaikan daripada tahun 2022 hingga 2023 di peringkat 24.
“Namun kondisi ini adalah fenomena yang muncul di atas permukaan dalam suatu teori gunung es,” kata Rycko.