Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 20 Jun 2024 19:07 WIB ·

Problema Mager di Kalangan Remaja


 Problema Mager di Kalangan Remaja Perbesar

Oleh : Citra Sukma Ningsih

Pada zaman yang penuh teknologi ini semuanya sudah serba canggih,orang-orang dimudahkan untuk melakukan sesuatu seperti berbelanja pada saat ini sudah tidak perlu keluar rumah cukup pencet Handphone lalu pesanan akan segera diantarkan, selain itu dalam hal dunia pendidikan kini pelajar sudah tidak perlu repot-repot untuk menyetorkan tugas bertemu dengan guru atau dosen tetapi cukup dengan dikirim melalui Handphone masing-masing dan ketika ada tugas, pelajar bisa googling. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi semuanya serba mudah dan cepat namun hal inilah yang memicu pelajar malas untuk berusaha karena hal tersebut digunakan sebagai alasan untuk tidak mengerjakan tugas sebab semuanya sudah ada di google dan langsung copy paste.

Malas gerak atau yang biasa disebut dengan Mager adalah perilaku orang yang tidak mau bergerak dan motto hidupnya hanya rebahan karena kepentingan dan kebutuhannya sudah terpenuhi melalui Handphone.

Generasi aneh; kerjanya mager tapi maunya better sudah tidak asing lagi kita dengar, yakni orang-orang yang mau hasil instan tapi urusan usaha tidak konsisten karena memang jika ditelisik lebih mendalam kecanggihan teknologi menjanjikan segalanya baik dalam urusan bisnis, pendidikan dan lainnya sehingga mengakibatkan penggunanya terlalu terlena terhadap kenyamanan teknologi dan usaha yang dikeluarkan hanya sedikit dari hal itu perilaku malas gerak timbul di sini sehingga kecanggihan teknologi yakni Handphone bak pisau bermata dua; jika kita memanfaatkan Handphone dengan baik maka akan menguntungkan penggunanya begitupun sebaliknya ketika kita memanfaatkan pada hal yang salah maka hasilnya akan merugikan pada diri sendiri.

Dalam dunia pendidikan, sejak covid-19 melanda Indonesia, sekolah-sekolah diliburkan sementara waktu lalu diganti dengan pembelajaran daring yang membuat mayoritas pelajar difasilitasi serba lengkap yang cenderung membuat pelajar malas gerak dan mengikuti pelajaran hanya setengah-setengah atau tidak sungguh sungguh karena hanya ingin mengisi kehadiran namun mengingingkan pintar tapi usaha hanya seujung kuku.

Hal inilah yang menjadi problema bagi banyak kalangan karena tidak sedikit dari kita yang mengidap penyakit malas gerak yang akan membuat kita tidak mau mengenal kata “berjuang”, padahal jika melihat pada kilasan sejarah masa lalu para pejuang kemerdekaan berangkat dengan kegigihan dan ketekunan untuk kemerdekaan Indonesia seharusnya kita malu sebagai generasi emas bangsa Indonesia memiliki perilaku mager karena yang dibutuhkan negara Indonesia saat ini adalah sikap semangat dan tekunnya pelajar untuk tetap memerdekakan bangsa Indonesia.

Selain itu dalam dunia kesehatan, mager akan membuat perilakunya mengidap penyakit serangan jantung karena berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Aerobics Research Center di Amerika Serikat menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat mengurangi resiko stroke pada pria sebesar 60% sedangkan pada wanita dalam penelitian Nurses Health Study aktivitas fisik memiliki peluang intuk terhindar dari stroke dan serangan jantung. Dengan begitu orang yang memiliki perilaku malas gerak akan mudah terkena serangan jantung dan stroke namun ketika kita menghindarinya maka dipastikan akan terhindar dari penyakit tersebut.

Malas gerak dalam dunia psikologi menurut Kasandra Putranto akan mengakibatkan depresi, adapun depresi umumnya disebabkan karena tidak bahagia, tidak bergerak dan banyak pikiran. Dopamin rendah, adrenalin rendah dan serotonin tinggi sehingga tidak sedikit pelajar khususnya remaja melakukan aksi bunuh diri. Di Indonesia kasus bunuh diri karena depresi menjadi nomor empat berdasarkan data pada tahun 2020  diprediksikan akan naik menjadi pembunuh nomor dua pada tahun 2021.  Dari hal tersebut malas gerak bukan hanya berakibat terhadap pendidikan namun juga berakibat buruk terhadap mental sehingga kita sendirilah yang rugi.

Perilaku malas menurut Ibnu Qoyyim adalah menyia-nyiakan waktu, berlebihan bahkan tidak mendapat apapun dan akan merasakan penyesalan yang parah karena ketika kita malas gerak maka otak kita akan selalu dimanjakan dan ketika sudah terbiasa memiliki sikap pemalas kita akan kehilangan segalanya padahal pepatah mengatakan waktu adalah pedang maka ketika kita tidak bisa mengatur waktu maka kita akan teriris dengan pedang itu sendiri atau kita akan merasakan rugi. Oleh karena itu kita sebagai manusia yang dianugerahi akal sudah seharusnya memiliki sikap semangat dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu dengan berperilaku malas. Wallahu a’lam bish shawab…

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mewujudkan Demokrasi Sehat Melalui Pilkada Serentak

23 November 2024 - 08:59 WIB

Santri Sebagai Pilar Perdamaian di Dunia Perpolitikan

21 November 2024 - 09:10 WIB

Bahaya Politik dan Pertumpahan Darah, Bagaimana Solusinya?

19 November 2024 - 11:42 WIB

macam-macam darah wanita

Peran Santri dalam Membangun Generasi Emas Indonesia

17 November 2024 - 12:42 WIB

Dari Keraguan ke Keyakinan: Menemukan 7 Rahasia Kekuatan Pribadi dalam Diri

16 November 2024 - 10:11 WIB

Menakar Efektivitas Pemberdayaan Sistem Koperasi dalam Program “Solusi Nelayan”

11 November 2024 - 14:43 WIB

Trending di Suara Santri