Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 18 Jun 2024 06:55 WIB ·

Pemuda dan Literasi Media Sosial


 Pemuda dan Literasi Media Sosial Perbesar

Oleh: Abdul Warits

Perkembangan teknologi yang merambah ke berbagai kanal media sosial menjadi sesuatu yang tidak dielakkan di zaman ini. Pasalnya, media sosial memainkan peran penting di kalangan generasi muda sampai ada anggapan pemuda hari ini tidak boleh ketinggalan terhadap perkembangan media sosial yang berkembang. Meski begitu, perkembangan ini harus disertai dengan literasi atau melek media sosial dengan pengetahuan yang mumpuni sehingga pemuda tidak terjerumus terhadap informasi yang hanya bertujuan mengadu domba dan membuat propaganda.

Sebagaimana diketahui, Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi dalam berbagai bentuk. Baik itu dari sumber perangkat komputer ataupun dari ponsel. Secara teori, literasi digital diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis dalam bentuk digital.

Merujuk buku klasik Gilster (1997), literasi digital didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam pelbagai format yang berasal dari berbagai sumber, dan disajikan dalam perangkat teknologi, seperti komputer.

Oleh sebab itu, perlu adanya literasi media sosial ke seluruh lapisan masyarakat, baik itu pelajar dan mahasiswa maupun masyarakat umum, sehingga media sosial dipakai jauh lebih sehat dengan konten-konten positif yang membawa manfaat bukan saja bagi kita sendiri, tetapi juga bagi komunitas dan lebih dari itu bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena ditengah terbukanya ruang digital hari ini, media sosial saat ini penuh dengan kebencian berdasarkan SARA, dan konten-konten negatif lainnya.

Semakin terbukanya ruang digital di media sosial, maka bisa dipastikan internet ibarat pisau bermata dua, karena memungkinkan masyarakat berkomunikasi dan berinteraksi secara cepat, namun di sisi lain media sosial juga membawa dampak negatif untuk menyebarkan informasi hoax, ujaran kebencian, pemutarbalikan fakta, provokasi, serta hal-hal yang berkaitan dengan SARA, terorisme, dan sebagainya.

Hal ini menjadi miris ketika masyarakat justru belum dibekali dengan informasi yang cukup untuk menangkal informasi-informasi seperti ini, tidak ada proses cek dan ricek, bahkan cenderung cepat-cepat menyebarkan. Ini yang tidak boleh terjadi lagi, sehingga literasi media sosial itu sangat penting digaungkan ke masyarakat.

Upaya pemerintah melalui Kominfo sudah bekerja sama dengan lebih dari 100 perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk melakukan literasi media sosial di kalangan pelajar dan mahasiswa. Bahkan, tidak tangguung-tanggung, Menteri Kominfo giat melakukan kunjungan ke pimpinan-pimpinan agama melalui MUI, NU, Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma, dan Walubi. Dengan begitu, melalui pimpinan agama-agama ini diharapkan bisa  bekerja sama untuk menyelanggarakan literasi media sosial kepada pemuda-pemudi di masing-masing kelompok agama.

Dalam upaya literasi media sosial tersebut, pemerintah juga membangun kerja sama dengan Komisi I DPR menggalakkan literasi media sosial kepada masyarakat umum dengan pendekatan-pendekatan budaya. Di tengah arus deras informasi yang diterima masyarakat, media arus utama seperti media online kredibel memiliki peran untuk menjadi rujukan apakah suatu informasi layak dipercaya atau tidak sehingga masyarakat dapat menangkal kabar bohong dengan tidak ikut membuat viral kabar itu.

Dengan terus update terhadap perkembangan medsos, Indonesia memiliki banyak hal positif yang harus diberitakan, budayanya, adat istiadat dan keindahan alamnya yang sangat luar biasa. Ini adalah gerakan positif yang harus kita bangun. Memberitakan banyak hal positif, akan membangkitkan harapan dan membumikan perdamaian di tengah tengah masyarakat.

 

Artikel ini telah dibaca 14 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Orde Baru (1966-1998)

29 Agustus 2024 - 22:52 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia pada Era Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

29 Agustus 2024 - 22:49 WIB

Bahaya Intoleransi dan Pentingnya Nilai nilai Kebhinekaan di Indonesia

29 Agustus 2024 - 22:45 WIB

Telaah Isu Terorisme di Indonesia: Dari Masa ke Masa

29 Agustus 2024 - 22:41 WIB

Kampanye Perdamaian: Memperkuat Fondasi NKRI

29 Agustus 2024 - 22:35 WIB

6 Nilai Utama Karakter Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

12 Agustus 2024 - 23:03 WIB

Trending di Kontra Narasi