Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 9 Jun 2024 09:51 WIB ·

Bagaimana Kita Hidup Dalam Bayang-Bayang Era Post Truth


 Bagaimana Kita Hidup Dalam Bayang-Bayang Era Post Truth Perbesar

Oleh : Bahrul

Konsep humanisme pendidikan Islam secara prosesual memberikan penekanan terhadap tiga proses pendidikan ilahiah, antara bimbingan primordial, bimbingan qurani dan bimbingan Nabawi. Pandangan tersebut selaras dengan keyakinan Hans Kung mengenai persoalan global yang bisa dijembatani dengan kesadaran beragama yang memungkinkan semua pemeluk agama di dunia memiliki sensitifitas yang sama.

Kalimat yang penulis sajikan memiliki banyak gagasan yang penting serta diuraikan dengan jelas dan terstruktur. Teori Marxian perihal subordinasi interaksi manusia identik dengan konflik, menyebabkan respon emosional yang bervariasi, mulai dari penerimaan hingga penolakan. Penolakan, ketidakpedulian, dan resistensi tersebut dapat memunculkan krisis kemanusiaan.

Faktor-faktor ini semakin diperparah oleh kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan akses mudah terhadap informasi, yang dapat secara signifikan memengaruhi peradaban dengan cepat. Emosi manusia, yang alamiahnya cenderung mengikuti jalurnya sendiri dapat memengaruhi perilaku dan fungsi intelektual seseorang. Terutama dalam era di mana teknologi informasi berkembang pesat, gangguan emosional tersebut menjadi lebih kompleks dan berpotensi merugikan.

Selanjutnya, Kemajuan teknologi informasi, terutama setelah penggunaan internet untuk tujuan komersial disetujui oleh pemerintah Amerika pada tahun 1990, telah menyebabkan realitas “digital” yang mudah masuk ke setiap aspek kehidupan, mengubah cara manusia memperoleh informasi dan menyebarkan pandangan mereka. Pada saat yang sama, kebenaran sulit ditemukan sekalipun fakta didepan mata, karena setiap informasi yang masuk mengidentifikasi diri sebagai kebenaran. Akibatnya, Masyarakat sulit menyaring informasi, menjadi acuh, dan tidak lagi peduli sekalipun kebenaran terungkap di depan mata.

Fenomena tersebut oleh Ralph Keyes disebut post-truth, yang dijelaskan sebagai situasi di mana kebenaran menjadi sulit dipisahkan dari opini dan fakta palsu, semakin merajalela, terutama dalam konteks politik global, seperti yang diamati selama referendum Brexit dan pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016.

Penyebaran berita palsu, atau hoaks, melalui media sosial dan saluran digital lainnya, telah menyebabkan kekhawatiran tentang penurunan kemampuan masyarakat untuk menyaring informasi dengan benar, yang pada gilirannya dapat merusak persatuan sosial. Tak hanya itu, pada bagian lain krisis kemanusiaan yang bersifat personal dan berjangka pendek turut menghantui krisis sosial masyarakat. Ada banyak sekali kasus kriminal, seperti perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, dan sebagainya yang terjadi akibat hal tersebut.

Kondisi demikian dapat menunjukkan bahwa kemanusiaan yang pada mulanya adalah tergambar indah dalam kebersamaan, menjunjung persaudaraan, serta menghargai satu sama lain, saat ini seperti terpenjara dalam kebebasannya, dan justru menciptakan kehidupan yang rapuh. Oleh karena hal tersebut, penulis menhuraikan bahwa Hans Kung dalam menyikapi fenomena ini dengan meneriakkan etika global yang diafirmasi sebagai solusi untuk keluar dari problem kemanusiaan yang selalu mengancam, pola komunikasi etis yang bersandar pada kekuatan agama.

Penulis sangat kompleks menguraikan hakikat Pendidikan Islam, secara teoritis sebaiknya dikembalikan pada dua hal mendasar: kajian ontologis manusia di satu sisi dan kajian hakikat manusia dalam al-Quran di sisi yang lain. Manusia, menurut beberapa pandangan ontologis, terlahir ke dunia dengan dua daya sekaligus, yakni jasmani dan rohani. Hal ini tercermin dalam konsep dualisme yang dijelaskan oleh Rene Descartes, yang oleh al-Ghazali disebut sebagai hakikat manusia. Dalam terminologi filsafat, dimensi ini menjadi subjek perdebatan antara idealisme yang memandang ruh sebagai substansi dasar manusia, dan materialisme yang menganggap jasad sebagai substansi tunggal manusia.

Pendidikan Islam muncul sebagai wadah representatif dalam mengangkat derajat manusia, bimbingan terhadap dimensi jasmani dan ruhani manusia berdasarkan hukum Islam dengan orientasi pembentukan kepribadian yang utama. Kepribadian yang utama adalah pribadi manusia yang selaras dengan nilai-nilai ketuhanan sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan dipraktekkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Secara riil, penjabaran nilai-nilai Al-Quran dalam berbagai jenjang pendidikan, baik formal maupun informal, berfungsi sebagai penggugah agar kesucian manusia tetap terjaga dan dapat diterima pada kehidupan pasca kematian. Pendidikan Islam memainkan peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai etika yang tinggi, yang mengutamakan kemanusiaan melalui tiga proses pendidikan ilahiah: bimbingan primordial, bimbingan qurani, dan bimbingan kenabian. Konsep ini tercermin dalam contoh baik yang diberikan oleh Rasulullah, yang menjadikan pendidikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.

Lebih dari sekadar sistem pendidikan, pendidikan Islam juga berfungsi sebagai representasi yang kuat dalam mempromosikan pendidikan berbasis etika global. Pendekatan ini melampaui konsep etika yang diusulkan oleh Hans Kung, dengan menempatkan penghargaan terhadap kemanusiaan sebagai prioritas utama, tanpa melibatkan kekerasan atau pembunuhan, baik dalam skala personal maupun kolektif, dan dalam jangka pendek maupun Panjang.

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jejak Keagungan dan Kebijaksanaan Wanita yang Diabadikan Kitab Suci

5 Oktober 2024 - 06:32 WIB

Pesantren Menghadapi Pilkada dan Politik: Antara Netralitas dan Partisipasi

30 September 2024 - 05:29 WIB

Peran Guru Ngaji di Madura

29 September 2024 - 23:30 WIB

Santri dan Demokrasi: Peran Pesantren dalam Membangun Bangsa

29 September 2024 - 23:03 WIB

Ciri Khas Pesantren Madura: Menggali Tradisi, Pendidikan, dan Nilai Lokal

29 September 2024 - 21:10 WIB

Ekologi Pesantren: Mengintegrasikan Kehidupan Spiritual dan Lingkungan

29 September 2024 - 20:36 WIB

Trending di Suara Santri