Oleh: Abdul Warits
Keistimewaaan imam Abu Hasan al Asy’ari dalam menegakkan paham ahlussunnah wal jamaah salah satunya dengan mengutamakan dali-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, beliau juga menggunakan pertimbangan akal dan pikiran, tidak seperti kaum Mu’tazilah yang mendasarkan pikirannya kepada akal dan falsafah yang berasal dari Yunani.
Ahlussunnah wal jama’ah sebagai bagian dari kajian keislaman merupakan upaya yang mendudukkan aswaja secara proporsional. Bukan hanya semata-mata untuk mempertahankan sebuah aliran atau golongan tertentu. Sebab, rumusan dan konsep pemikiran teologis yang diformulasikan oleh suatu aliran, sangat dipengaruhi oleh problem teologis pada masanya dan mempunyai sifat dan aktualisasi tertentu.
Ahlussunnah wal jamaah tidak identik dengan truth claim (klaim kebenaran) yang berlebihan dan keinginan untuk menyebarkan kebenaran kepada orang lain dengan segala cara dengan menganggap bahwa hanya pemahamannyalah yang paling benar, sehingga kelompok lain yang tidak sepaham dianggap salah, menyimpang, sesat, dan kafir.
Dalam perkembangannya, ahlussunnah wal jamaah bergulat dengan beragam perkembangan situasi dan kondisi umat, termasuk dalam ranah politik. Meski ideologi ini tetap bertahan di tengah gempuran ideologi lain yang tidak sesuai dengannnya atau bahkan golongan yang hanya mengaku-ngaku sebagai ahlussunnah wal jamaah.
Oleh sebab itu, makalah ini akan mengkaji tentang asal usul munculnya sekte dalam Islam, sejarah perkembangan madzhab Asy’ariyah dan siapa saja tokoh yang terlibat dalam memperjuangkan paham ahlussunnah wal jamaah di pada zaman setelah Nabi Muhammad SAW hingga merambah ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.