Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 11 Nov 2022 07:00 WIB ·

Politik, Peranan yang Harus Diperjuangkan Kaum Pesantren


 Politik, Peranan yang Harus Diperjuangkan Kaum Pesantren Perbesar

Hai, Sahabat Duta Damai Santri Regional Jawa Timur. Dalam Minggu ini, Admin ingin mempersembahkan tema tentang Politik, Manhaj Perjuangan Pesantren.

Tema ini merupakan pembahasan yang baru. Metode politik model pesantren sangat perlu dibahas, agar para santri dan masyarakat luas lebih mengetahui medan percaturan yang perlu mereka perjuangkan dan bertambah kukuh dalam melakukan perjuangannya.

Dalam masalah politik, pesantren menunaikannya dengan meleburkan diri ke dalam Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Perjuangan politik pesantren akan selalu berdampingan dengan perjuangan yang dilakukan NU. Sebab pesantren adalah induk yang melahirkan Nahdlatul Ulama dan Nahdlatul Ulama adalah anak kandung pesantren yang memasyarakatkan jiwa kepesantrenan dalam kehidupan yang nyata.[1] Dengan begitu, jika membicarakan tentang pesantren, maka tidak akan jauh dengan pembahasan Nahdlatul Ulama.

Peran pesantren dalam tubuh NU tidak semata-mata sebagai objek, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai subjek. Pesantren menjadi motor, penggerak akan medan juang yang dilakukan oleh Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Tonton juga: RESOLUSI JIHAD BELUM USAI || shoot movie duta damai santri jawa timur

Sektor politik merupakan salah satu peranan yang perlu diperjuangkan oleh kaum pesantren. Sebab, politik memberikan arahan paling penting dan menjadi penentu kebijakan sektor lainnya. Kebijakan yang lahir dari dunia politik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membangun peradaban.

Maka dari itu, dituliskannya kolom ini ingin memberikan perantara pengetahuan bagaimana caranya menjadikan kader-kader pemimpin yang mampu mewarnai dunia politik Indonesia agar menjadi semakin beradab. Salah satunya adalah dengan menempatkan kader-kader pemimpin yang memiliki akhlakul karimah. Di sini santri harus berperan. Ketika panggung politik menemukan integritasnya, maka kebijakan yang diambil akan memunculkan dampak yang baik juga.

Tidak lupa, kami juga membahas tentang bagaimana relasi politik dengan agama. Hal ini diuraikan bahwa politik ternyata memiliki keterkaitan dengan agama. Maka dari itu, politik dipandang penting untuk dipelajari dan pentingnya mengirimkan delegasi untuk berada di sana.

Memandang tujuan perjuangan politik pesantren dan Nahdlatul Ulama berada dalam satu-kesatuan, maka dibahas juga tujuan politik menurut perspektif Nahdlatul Ulama. Dengan pembahasan itu, maka peran sejarah Nahdlatul Ulama dalam kancah politik juga ditampilkan di sini.

Baca juga: Menjadi Pribadi Muslim yang Rahmatan Lil Alamin

Alasan memaparkan perjuangan NU dalam politik nasional tidak lain sebagai sarana membantu memperluas wawasan santri tentang peranan NU dalam memaknai politik.

Politik dimaknai NU hanya sebagai alat demi tegaknya kepentingan-kepentingan bangsa dan umat Islam. Namun yang terjadi, ketika organisasi keagamaan diikutsertakan dengan politik, aktivitas keagamaan menjadi terganggu. Dengan sebab ini, maka Jam’iyyah Nahdlatul Ulama mengeluarkan putusan Khittah. Di mana NU tidak berpihak secara organisasi pada politik.

Akan tetapi, khittah sering disalahpersepsikan. Kolom ini ingin menjawab tentang semua hal tersebut, bahwa NU tetap memiliki keterikatan dengan politik. Yaitu berpolitik sebagai sarana membangun bangsa, membangun Indonesia.

Jadi ketika menginginkan untuk berpartisipasi membangun dan memakmurkan bangsa, tidak ada salahnya santri untuk terjun ke dalam politik. Kalau bukan santri yang terjun ke sana, apakah rela jika peran itu diambil orang untuk kepentingan menghancurkan dan memundurkan tatanan bangsa?

Santri harus terus bergerak. Tunjukkan kepada dunia bahwa peran santri ketika berada dalam percaturan politik, akan membuat tatanan menjadi lebih baik dan dapat memberikan keadilan yang merata. Dan perlihatkan bahwa perjuangan santri akan terus abadi dan layak mendapatkan apresiasi dengan prestasi yang dicapainya.


[1] KH. Achmad Siddiq, Khittah Nahdliyyah, (Surabaya: LKIS, Cet. IV, 2006), Hlm. 74.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

Baca Lainnya

Politik Damai: Jalan Menuju Kehidupan yang Harmonis

21 November 2024 - 08:56 WIB

Politik dan Kemanusiaan dalam Pilkada Serentak

19 November 2024 - 11:09 WIB

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Trending di Kontra Narasi