Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Kontra Narasi · 20 Mar 2024 10:40 WIB ·

Merawat Tenun Keberagaman dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika


 Merawat Tenun Keberagaman dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika Perbesar

Oleh: Ahmad Fuadi Akbar

Merawat tenun keberagaman adalah suatu tugas penting bagi setiap warga negara Indonesia. Konsep Bhineka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda namun tetap satu”, mencerminkan kekayaan budaya, suku, agama, dan bahasa yang ada di Indonesia. Penting bagi kita untuk memahami, menghormati, dan merayakan keberagaman ini sebagai sumber kekuatan dan identitas bangsa.

Ir. Soekarno, sebagai pendiri bangsa Indonesia, memiliki pandangan yang kuat tentang pentingnya persatuan bangsa. Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah:

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” – Ir. Soekarno

Pemikiran ini menekankan pentingnya menghargai sejarah dan jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan dan persatuan bangsa. Dalam konteks merawat tenun keberagaman, ini mengajarkan kita untuk menghargai kontribusi setiap elemen masyarakat dalam membangun dan memperkuat persatuan, tanpa memandang perbedaan yang ada di antara mereka.

Merawat keberagaman juga berarti menghindari diskriminasi dan konflik antar kelompok, serta mempromosikan inklusi dan kesetaraan bagi semua warga negara. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang damai, harmonis, dan majemuk, sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pancasila.

Para pendiri bangsa memiliki pemikiran yang mendalam tentang kemajemukan dan pentingnya memelihara harmoni di antara beragam elemen dalam masyarakat Indonesia.

Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, juga menyoroti pentingnya keberagaman. Baginya, persatuan dalam perbedaan adalah kunci untuk mencapai cita-cita kemerdekaan. Malaka menekankan perlunya memahami dan menghormati keberagaman budaya dan agama sebagai aset bangsa yang berharga.

Soekarno, sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia, menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Ia berbicara tentang konsep “Politik Merah Putih”, di mana merah melambangkan semangat keberanian dan putih melambangkan kesucian hati. Dalam pandangannya, keberagaman tidak boleh menjadi sumber perpecahan, tetapi harus menjadi kekuatan bagi bangsa.

Moh. Hatta, tokoh kunci dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, memandang kemajemukan sebagai kekayaan yang harus dijaga. Baginya, keberagaman merupakan sumber inspirasi dan kekuatan yang membawa kemajuan bagi bangsa. Namun, Hatta juga menekankan pentingnya kesadaran akan persatuan dan kebersamaan di antara beragam kelompok dalam masyarakat.

Pemikiran dari ketiga tokoh tersebut menggarisbawahi pentingnya merawat tenun keberagaman dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Merawat keberagaman membutuhkan kesadaran, penghargaan, dan kerja sama dari seluruh elemen masyarakat. Hanya dengan menjaga harmoni dan persatuan di tengah keberagaman, Indonesia dapat terus maju sebagai bangsa yang kokoh dan bersatu.

Dalam konteks globalisasi dan dinamika sosial yang terus berkembang, merawat tenun keberagaman menjadi semakin penting sebagai fondasi kekuatan bangsa Indonesia. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika serta menggali inspirasi dari pemikiran-pemikiran para pemimpin bangsa seperti Ir. Soekarno, kita dapat terus memperkokoh persatuan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Membangun Kehidupan Berbangsa Melalui Toleransi dan Keadilan

30 Oktober 2024 - 06:13 WIB

Radikalisme dan Upaya Pembentukan Desa Siaga sebagai Benteng Keamanan Nasional

30 Oktober 2024 - 05:55 WIB

Menilik Sejarah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

26 Oktober 2024 - 05:18 WIB

Radikalisme dan Tantangan yang Dihadapi Negara

26 Oktober 2024 - 05:06 WIB

Remaja, Radikalisme, dan Terorisme

24 Oktober 2024 - 08:20 WIB

Radikalisme, Terorisme dan Perempuan

24 Oktober 2024 - 07:57 WIB

Trending di Kontra Narasi