Oleh: Novi Tri Wahyuni
Saat itu
Saat aku berdiam di balik gubuk ego
Ibu menyuruhku bertapa dalam gua emas
Di kota kaca
Sebuah kota yang membuatku akhirnya mau bercermin
Aduhai…betapa buruk jiwa pengisi raga
Gua itu bernama pesantren
Gerbangnya terukir dari emas dua puluh empat karat
Bernama kesabaran
Dinding-dindingnya dipenuhi lampu bohlam beribu-ribu watt
Bersinar
Terang
Benderang
Bohlam itu Bernama ilmu
Di dalam gua ini
Aku terasing dari bising klakson kota metropolitan
Aku tak lagi diperbudak benda pipih, persegi panjang
Berkedok teknologi
Aku tak lagi dijadikan buronan heroin dan kafein
Pada jalan setapak didepan gua
Aku tersungkur berselimut abdi
Mengaku bahwa diri begitu buruk
Begitu hina
Haus akan Rahmat
Meraung-raung,mengharap barokah
Di sepanjang lorong kota
Mendayu-dayu lantunan zikir, tahlil dan yasin
Digua ini
Di kota ini semoga aku ditinggalkan distraksi
Ditanggalkan delusi
Dan menjadi umat yang begitu nabi cintai