Menu

Mode Gelap
Santri: Bukan Hanya Cadangan Pesantren, Tetapi Juga Cadangan Pemerintah Cyberbullying: Ancaman Tersembunyi Di Era Digital Bagaimana Perempuan Haid Dapat Pahala di Bulan Ramadan? Mengenal Peran Duta Damai Santri Jawa Timur Blokagung Bersholawat Berhasil Kobarkan Semangat Para Santri

Suara Santri · 28 Feb 2024 16:28 WIB ·

Hedonisme dan Konsep Zuhud dalam Islam


 Hedonisme dan Konsep Zuhud dalam Islam Perbesar

Oleh: M. Syahirul Ezzy

Perkembangan teknologi membawa implikasi besar terhadap globalisasi. Di satu sisi, globalisasi memberikan sejumlah keuntungan signifikan bagi manusia. Misal, sebut saja kemudahan dalam mengakses informasi, transportasi, dan lain-lain. Namun, di sisi lain, globalisasi juga membawa pengaruh buruk yang turut dirasakan masyarakat, terutama masyarakat muslim. Yakni, masuknya budaya-budaya atau paham-paham yang tak sejalan dengan tuntutan moral dan agama.

Salah satunya adalah hedonisme. Berkembangnya gaya hidup ini merupakan salah satu dampak negatif akibat globalisasi yang sulit difilter lagi. Disadari atau tidak, hedonisme sudah hidup di dalam diri manusia –kita. Padahal, Islam jelas-jelas sudah melarang gaya hidup ini. Karena ia hanya akan membawa kemudaratan bagi manusia.

Secara etimologi, hedonisme berawal dari bahasa Yunani, yakni hedon yang berarti kemegahan atau kegembiraan. Dalam KBBI, hedonisme didefinisikan sebagai suatu pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Dengan demikian, para pengikut hedonisme cenderung akan mencari kesenangan hidup dan berupaya untuk selalu menghindari kesedihan, kerisauan, kecemasan serta kegelisahan. Gaya hidup hedonisme juga cenderung akan menjadikan para penganutnya selalu menjalani hidup yang megah, mewah dan berlebihan.

Hedonisme biasanya sering kali dikaitkan kepada orang kaya. Karena orang kaya dengan hartanya yang banyak lebih potensial untuk mengadopsi gaya hidup ini. Padahal, baik kaya ataupun miskin bila sudah terpengaruh gaya hidup hedonis pasti akan selalu mencari cara untuk memenuhi hawa nafsu mereka.

Islam sendiri tak membatasi umatnya untuk menjalani hidup kaya atau miskin. Tapi, Islam menekankan agar umatnya senantiasa hidup dengan sifat zuhud atau sederhana. Hal ini dikarenakan mengikuti hawa nafsu dapat merusak kehidupan dan menyebabkan kita melupakan Tuhan. Nafsu yang tak terkendali inilah tonggak utama yang mendorong manusia menjadi hedonis. Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa nafsu adalah perusak jiwa manusia dan dapat membawa bahaya bagi manusia itu sendiri.(Al-Qurtubi, 1996)

Al-Quran secara tidak langsung telah membahas dan melarang gaya hidup ini. Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Takatsur [102]:1 “Alhaakumuttakaatsur” yang menegaskan bahwa orang yang hidup bermegah-megahan akan celaka. Sebagaimana yang tertera dalam Tafsir Ibn Katsir yang dimaksud dengan celaka di sini adalah sibuk mencintai urusan dunia sehingga melupakan kewajiban agama. (Ibn Katsir, 1971)

Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang dengan jelas mengancam orang-orang yang selama hidupnya hanya sibuk mengurusi keinginan nafsu dan tak pernah memikirkan tentang kematian dan akhirat. Contoh, dalam Al-Qur’an surat Shad ayat 26, Allah berfirman, “Janganlah kamu ikuti hawa nafsu (buruk), karena hawa nafsu (buruk) itu, akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” Ayat ini menegaskan bahwa mengikuti hawa nafsu yang buruk dapat mengalihkan seseorang dari jalan yang benar menurut syariat agama.

Sementara itu, Fakhrurrazi dalam karyanya Tafsir Kabir, mengatakan bahwa nafsu dapat menjadi sumber bahaya ketika seseorang mengikuti keinginannya untuk mencapai kebahagiaan jasmani semata. Sehingga membuat seseorang melupakan dan lalai kepada kewajibannya. (Fakhrurrazi, 1995)

Sekali lagi, Islam tidak melarang umatnya untuk mencari kebahagiaan hidup. Namun, Islam menekankan agar umatnya tetap fokus pada tujuan utamanya, yakni kehidupan akhirat. Karena mengejar kebahagiaan hidup dapat melalaikan manusia terhadap tanggung jawab spiritualnya. Dengan demikian, Islam mengajarkan umatnya untuk hidup dalam keadaan seimbang antara dunia dan akhirat.

Banyak cara yang diajarkan oleh Islam untuk melawan hedonisme. Salah satunya seperti yang telah disinggung sebelumnya, adalah konsep zuhud. Secara singkat, zuhud bisa dimaknai dengan tidak tertarik atau meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi, serta fokus untuk beribadah. Jelas bahwa zuhud sangat bertentangan dengan hedonisme. Konsep zuhud inilah menjadi salah satu cara untuk memfilter gaya hidup hedonis yang semata-mata hidup hanya untuk mencari kesenangan materi.

Dalam Ihya’ Ulumuddin, Al-Ghazali mengatakan bahwa esensi dari zuhud adalah menjauh dan berpaling dari semua hal yang sifatnya duniawi, dengan ketaatan yang maksimal. Al-Ghazali juga mengibaratkan orang yang meninggalkan dunia demi akhirat bagai orang yang sedang ingin masuk kerajaan, tapi dihadang oleh anjing lalu dia melempar secuil roti. Sehingga anjing tersebut sibuk dengan secuil roti itu dan orang itu bisa leluasa masuk ke dalam dan dekat dengan sang raja. Anjing dalam perumpamaan tersebut adalah setan, sedangkan secuil roti itu adalah dunia yang ia korbankan demi masuk dan dekat dengan Allah di dalam kerajaan akhiratnya yang abadi.(Al-Ghazali, 2018)

Akhir kata, tidak etis saja bagi kita sebagai seorang muslim jika mengadopsi gaya hidup hedonisme, padahal agama kita sudah sangat jelas melarang gaya hidup yang hanya memprioritaskan kehidupan dunia yang sementara dibanding dengan rumah abadi di akhirat. Maka ditinjau dari sisi manapun Islam akan sangat mendukung konsep zuhud karena ia adalah salah satu cara untuk dekat dengan Tuhan.

*Santri Angkatan V Rayon KBS PP. Annuqayah Latee. Aktif di Lembaga Pers Siswa (LPS) SMA Annuqayah. 

Artikel ini telah dibaca 224 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Santri dan Maulid Nabi

16 September 2024 - 11:22 WIB

Mengenal Tradisi Endog Endogan dalam Peringatan Maulid Nabi di Banyuwangi

15 September 2024 - 06:11 WIB

Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi, Dirayakan Seorang Sultan

15 September 2024 - 06:07 WIB

Tiga Sikap dan Karakter Kiai Indonesia yang Perlu Diketahui

30 Agustus 2024 - 22:31 WIB

Esensi Makna Kiai

30 Agustus 2024 - 22:20 WIB

Anak Muda dalam Membangun Kehidupan yang Toleran: Studi Kasus di Madura

30 Agustus 2024 - 20:51 WIB

Trending di Suara Santri