Oleh: Anis Faiqotul Jannah
Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) dan beberapa museum lainnya sedang mengalami transformasi yang signifikan. Museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat yang menampilkan sejarah Islam di Indonesia, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran yang mengangkat nilai-nilai toleransi dan keberagaman budaya Nusantara. MINHA memiliki peran penting dalam melestarikan tiga era signifikan dalam sejarah Islam di Indonesia, yaitu era masuknya Islam ke Nusantara, era perjuangan kemerdekaan, dan era pemikiran kebangsaan dari tokoh-tokoh Islam di Indonesia.
MINHA memiliki program publik seperti “Resolusi Jihad” dan “Bulan Gus Dur” yang bertujuan untuk mengangkat semangat kebangsaan dengan perspektif toleransi terhadap keberagaman Nusantara. Museum ini juga memiliki ruang pamer yang menampilkan informasi tentang KH. Hasyim Asy’ari dan koleksi asli, serta informasi tentang Fatwa Jihad yang relevan dengan sejarah pertempuran 10 November di Surabaya. Ada juga ruang pamer yang didedikasikan untuk Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang berfungsi sebagai fasilitas informasi bagi para peziarah untuk mempelajari sisi humanis dari figur Gus Dur.
Pengelolaan MINHA kini berada di bawah Museum dan Cagar Budaya (MCB) yang merupakan lembaga di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. MCB bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 36 situs cagar budaya nasional di Indonesia.
MINHA terletak di kawasan Wisata Religi Makam Gus Dur, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Museum ini memiliki bangunan tiga lantai dan berdiri di lahan seluas 4,9 hektare. Di sana, pengunjung dapat melihat ratusan bukti sejarah masuknya Islam ke Nusantara pada abad 11-19 Masehi.
MINHA didirikan atas gagasan Gus Sholah, adik mendiang Gus Dur. Museum ini diresmikan pada tanggal 19 Desember 2018 oleh Presiden Joko Widodo.