Oleh: Anis Faikatul Jannah*
Ibnu al-Haytham, juga dikenal sebagai Alhazen di Barat, adalah seorang ilmuwan dan filosof Muslim yang hidup pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. Dilahirkan sekitar tahun 965 Masehi di Basra, Irak, ia memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang optik, matematika, dan filsafat ilmu.
Ibnu al-Haytham mulai mengejar ilmu di masa remajanya. Dia belajar matematika, astronomi, dan ilmu alam di sekolah-sekolah yang ada di wilayah tersebut. Kemudian, dia memperdalam pengetahuannya di Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, di bawah bimbingan guru besar terkemuka pada masanya.
Setelah menyelesaikan studinya, Ibnu al-Haytham kembali ke dunia Islam, di mana dia menyumbangkan berbagai karya ilmiah yang menakjubkan. Karyanya yang paling terkenal adalah “Kitab al-Manazir” atau “The Book of Optics”, yang menjadi tonggak utama dalam sejarah ilmu optik.
Dalam karyanya ini, dia menguraikan prinsip-prinsip dasar tentang cahaya, pembiasan, dan penglihatan, serta membahas pembentukan gambar oleh mata manusia. Kontribusinya dalam ilmu optik membentuk dasar bagi peralatan optik modern seperti lensa dan teleskop. Selain menjadi pakar dalam bidang optik, Ibnu al-Haytham juga dikenal karena pemikirannya tentang metode ilmiah. Dia adalah salah satu pelopor metode empiris, yang menekankan pentingnya pengamatan dan eksperimen dalam memperoleh pengetahuan yang akurat.
Pendekatan ilmiahnya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa berikutnya. Selama hidupnya, Ibnu al-Haytham juga aktif dalam bidang matematika, astronomi, dan filsafat ilmu. Karya-karyanya mencakup berbagai topik, mulai dari teorema dalam geometri hingga studi tentang gerhana bulan. Dengan kerja keras dan ketekunan, dia berhasil menempatkan namanya di antara tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Ibnu al-Haytham meninggal sekitar tahun 1040 Masehi di Kairo, Mesir. Warisannya yang luas dalam bidang optik, matematika, dan metode ilmiah terus memengaruhi dunia ilmiah bahkan setelah kematiannya, menjadikannya salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.